makalah pengembangan kurikulum

Advertisement
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Dalam kegiatan proses pembelajaran, kurikulum sangat dibutuhkan sebagai pedoman untuk menyususn target dalam proses belajar mengajar. Karena dengan adanya kurikulum maka akan memudahkan setiap pengajar dalam porses belajar mengajar, maka dengan itu perlu untuk diketahui apa arti dari kurikulum itu. Yang dimaksud dengan kurikulum adalah suatu usaha untuk menyampaikan asas-asas dan ciri-ciri yang penting dari suatu rencana dalam bentuk yang sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan guru disekolah.
            Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan kurikulum maka perlu untuk diketahui bagaimana perkembangan kurikulum. Karena seperti halnya tekhnologi dalam suatu zaman, selalu terjadi perkembangan, begitu juga halnya dengan perkembangan kurikulum. Untuk itu maka penulis mencoba untuk membahas tentang perkembangan kurikulum.

B.     Rumusan Permasalahan
1.      Prinsip-prinsip apa saja yang terdapat dalam pengembangan kurikulum?
2.      Bagaimanakah yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum?
3.      Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengembangan kurikulum?
4.      Bagaimana yang dimaksud dengan artikulasi dan hambatan dalam pengembangan kurikulum?
5.      Model-model apa saja yang dipakai dalam pengembangan kurikulum?







BAB II
PENGEMBANGAN KURIKULUM

            Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Dalam kurikulum terintregasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan/ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, penjabat pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur masyarakat lainnya. Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga, maupun masyarakat.

A.    Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum
            Kurikulum dikembangkan berdasarkan pada prinsip-prinsip yang dianutnya. Prinsip itu pada dasarnya merupakan kaidah yang menjiwai kurikulum tersebut.[1]
1.      Prinsip Umum
            Ada beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum
a.       Prinsip relevansi
Secara umum istilah relevansi diartikan sebagai kesesuain atau keserasian pendidikan dengan tuntutan kehidupan masyarakat. Artinya pendidikan dipandang relevan jika hasil perolehan pendidikan itu bersifat fungsional. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu relevan ke luar dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi ke luar maksunya tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat. Kurikulum menyiapkan siswa untuk bisa hidup dan bekerja dalam masyarakat.
Kurikulum juga harus memiliki relevansi di dalam yaitu ada kesesuain atau konsistensi anatara komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian, dan penilaian.
b.      Prinsip fleksibilitas
Fleksibilitas ini artinya lentur/tidak kaku dalam memberikan kebebasan bertindak. Dalam kurikulum pengertian itu dimaksudkan kebebasan dalam memilih program-program pendidikan bagi murid dan mengembangkan program pendidikan bagi para guru.
c.       Prinsip kontinuitas
Prinsip kontinuitas yaitu berkesinambungan. Perkembangan dan proses belajar akan berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus atau berhenti-henti. Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan anatar satu tingkat kelas, dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang lainnya, juga antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan.
d.      Prinsip praktis
Yaitu mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dana biayanya juga murah. Prinsip ini juga disebut prinsip efisien. Betapapun bagus dan idealnya suatu kurikulum kalau menuntut keahlian-keahlian dan peralatan yang sangat khusus dan mahal pula biayanya, maka kurikulum tersebut tidak praktis dan sukar dilaksanakan. Kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia. Kurikulum bukan hanya harus ideal tetapi juga praktis.
e.       Prinsip Efektifitas
Dalam sajian bidang pendidikan prinsip efektifitas ini dikaitkan dengan efektifitas guru mengajar dan efektifitas para murid belajar. Implikasi prinsip ini dalam pengembanagan kurikulum ialah mengusahakan agar setiap kegiatan kurikuler membuahkan hasil tanpa ada kegiatan yang mubazir dan terbuang percuma.

2.      Prinsip Khusus
Ada beberapa prinsip yang lebih khusus dalam pengembangan kurikulum.
a.       Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan
Tujuan menjadi pusat kegiatan dan arah semua kegiatan pendidikan. Perumusan komponen-komponen kurikulum hendaknya mengacu pada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau berjangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (tujuan khusus).
b.      Prinsip berkenaan dengan isi pendidikan
Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang telah ditentukan para perencana kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal
·         Perlu penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran ke dalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana.
·         Isi bahan harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan
·         Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan siitematis
c.       Prinsip berkenaan dengan pemilihan belajar mengajar
Pemilihan proses belajar mengajar yang digunakan hendaknya memperlihatkan hal-hal sebagai berikut:
·         Apakah metode/tekhnik belajar-mengajar yang digunakan cocok untuk mengajar bahan pelajaran?
·         Apakah metode/tekhnik tersebut memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa?
·         Apakah metode/tekhnik tersebut memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-tingkat?
·         Apakah metode tersebut dapat menciptakan kegiatan untuk mencapai tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor?
·         Apakah metode/tekhnik tersebut lebih mengaktifkan siswa, atau mengaktifkan guru atau kedua-duanya?
·         Apakah metode/tekhnik tersebut mendorong berkembangnya kemampuan baru?
·         Apakah metode/tekhnik tersebut menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan di rumah, juga mendorong pengunnan sumber yang ada dirumah dan di masayarakat?
·         Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang menekankan “learning by doing” di samping “learning by seeing and knowing”.
d.      Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran
Proses belajar-mengajar yang baik perlu didukung oleh pengunaan media dan alat-alat bantu pengajaran ynag tepat.
·         Alat/media pengajaran apa yang diperlukan. Apakah semuanya sudah tersedia? Biala laat tersebut tidak ada apa penggantinya?
·         Kalau ada alat yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan: bagaimana pembuatannya, siapa yang membuat, pembiyaannya, waktu pembuatan?
·         Bagaimana pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran, apakah dalam bentuk modul, paket belajar, dan lain-lain?
·         Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi media.
e.       Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian
Penilaian merupakan bagian integral dari pengajaran:
·         Dalam penyusunan alat penilaian (test) hendaknya langkah-langkah sebagai berikut:
Rumusan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Uraiakan ke dalam bentuk tingkah-tingkah laku murid yang dapat diamati. Hubungkan dengna bahan peljaran. Tulikan butir-butir test.
·         Dalam merencanakan suatu penilaian hendaknya diperhatikan beberapa hal:
Bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan kelompok yang akan ditest?
Berapa lama waktu dibutuhkan untuk pelaksanaan test?
Apakah test tersebut berbentuk uaraian atau objektif?
Apakah test tersebut diadministrasikan oleg guru atau oleh murid?
·         Dalam pengelohan suatu hasil penilaian hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Norma apa yang digunakan di dalam pengolahan hasil test?
Apakah digunakan formula quessing?
Bagaimana pengubahan skor ke dalam skor masak?
Skor standar apa yang digunakan?
Untuk apakah hasil-hasil test digunakan?

B.     Pengembangan Kurikulum
            Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi, yaitu: administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat.[2]
1.      Peranan para administrator pendidikan
Para administrator pendidikan ini terdiri dari: direktur bidang pendidikan, pusat pengembangan kurikulum, kepala kantor wilayah, kepala kantor kabupaten dan kecamatan serta kepala sekolah. Peranan para administrator si tingkat pusat (direktur dan kepala pusat) dalam pengembangan kurikulum adalah menyusun dasar-dasar hukum, menyusun kerangka dasar seta program inti kurikulum.
2.      Peranan para ahli
Pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas perubahan tuntutan kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga perlu dilandasi oleh perkembangan konsep-konsep dalam ilmu. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para ahli, baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi/disiplin ilmu.
Partisipasi para ahli pendidikan dan ahli kurikulum terutama sangat dibutuhkan dalm pengembangan kurikulum pada tingkat pusat. Apabila pengembanagan kurikulum sudah banyak dilakukan pada tingkat daerah atau local, maka pertisipasi mereka pada tingkat daerah, lokal bahkan sekolah juga sangat diperlukan, sebab apa yang telah digarikan pada tingkat pusat belum tentu dapat dengan mudah dipahami oleh para pengembangan dan pelaksana kurikulum di daerah.
3.      Peranan guru
Guru memegang peranan yang cukup penting baik di dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencana, pelaksana, dan pengembag kurikulum bagi kelasnya.
Peranan guru bukan hanya menilai perilaku dan prestasi belajar murid-murid dalam kelas, tetapi juga menilai implementasi kurikulum dalam lingkup yang lebih luas.
4.      Peranan orang tua murid
Orang tua juga mempunyai peranan dalam pengembangan kurikulum peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal: pertama dalam penyusunan kurikulum dan kedua dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut seta, hanya terbatas kepada beberapa orang tua saja yang cukup waktu dan mempunyai latar belakang yang memadai.

C.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum
1.      Perguruan tinggi
Kurikulum minimal mendapat dua pengaruh dari perguruan tinggi. Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dikembangkan di perguruan tinggi umum. Kedua, dari pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan).
2.      Masyarakat
Sebagai bagian dan agen dari masyarakat, sekolah sanagt dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dimana sekolah tersebut berada. Isis kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat homogen atau heterogen, masyarakat kota atau desa, petani, pedagang atau pegawai, dan sebagainya.
3.      Sistem nilai
Masalah utama yang dihadapi para pengembangan kurikulum menghadapi nilai adalah, bahwa dalam masyarakat nilai itu tidak hanya satu. Masyarakat umumnya heterogen dan multifaset.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam mengajarkan nilai
·         Guru hendaknya mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam masyarakat
·         Guru hendaknya berpegang pada prinsip demokrasi, etis, dan normal
·         Guru berusaha menajdikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru
·         Guru menghargai nilai-nilai kelompok lain
·         Memahami dan menerima keberagaman kebudayaan sendiri

D.    Artikulasi dan Hambatan Pengembangan Kurikulum
            Artikulasi dalam pendidikan berarti “kesatupaduan dan koordinasi segala pengalaman belajar”. Untuk merealisasikan artikulasi kurikulum, perlu meneliti kurikulum secara menyeluruh, membuang hal-hal yang tidak diperlukan, menghilangkan duplikasi, merevisi metode serta isi pengajaran, mengusahakan perluasan dan kesinambungan kurikulum.[3]
            Untuk menyusun artikulasi kurikulum diperlukan kerja sama dari berbagai pihak: para administrator, kepala sekolah, TK sampai rektor universitas, guru-guru dari setiap jenjang pendidikan, orang tua murid dan tokoh-tokoh masyarakat.
            Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa hambatan. Hambatan pertama terletak pada guru. Guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum. Hal itu disebabkan beberap hal. Pertama kurang waktu. Kedua kekurangsesuaian pendapat, baik antara sesama guru maupun dengan kepala sekolah dan administrator. Ketiga karena kemampuan dan pengetahuan guru sendiri.
            Hambatan lain datang dari masyarakat. Untuk pengembangan kurikulum dibutuhkan dukungan masyarakat baik dalam pembiayaan maupun dalam memberikan umpan balik terhadap sistem pendidikan atau kurikulum yang sedang berjalan. Masyarakat adalah sumber input dari sekolah. Keberhasilan pendidikan, ketetapan kurikulum yang digunakan membutuhkan bantuan, serta input fakta dan pemikiran dari masyarakat.

E.     Model-model Pengembangan Kurikulum
            Pemilihan suatu model pengembangan kurikulunm bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang di anut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan.
1.      The administrative model
Model pengembangan kutikulum ini merupakan model paling lama dan paling banyak dikenal. Diberi nama model administrative atau line staff karena inisisatif dan gagasan pengembangan datang dari para administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi. 
Dalam pelaksanaan kurikulum tersebut, selama tahun-tahun permulaan diperlukan pula adanya kegiatan monitoeing, pengamatan dan pengawasan serta bimbingan dalam pelaksanaannya. Setelah berjalan beberapa saat perlu juga dilakukan suatu evaluasi, untuk menilai baik valitidas komponen-komponennya, prosedur pelaksanaan maupun keberhasilannya.

2.      Tim grass roots model
Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Insiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Dalam model pengembangan kuruikulum yang bersifat grass roots seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru suatu sekolah mengadakan uapaya pengembangan kurikulum.
3.      Beaucamph’s system
Model pengembangan ini dikemukan oleh Beaucamp seorang ahli kurikulum. Beaucamph mengemukakan lima hal dalam pengembangan kurikulum
a.       Menetapkan arena atau lingkup wilyah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut, apakah suaru sekolah, kecamatan, kabupaten, propinsi atau seluruh Negara. Penetapan area ini ditentukan oleh wewewang yang dimiliki oleh pengambil kebijaksanaan dalam pengembangan kurikulum serta oleh tujuan pengembangan kurikulum.
b.      Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum yaitu:
·         Para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum dan para ahli bidang ilmu dari luar
·         Para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih
·         Para professional dalam sistem pendidikan
·         Professional lain dan tokoh-tokoh masyarakat
c.       Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Langka ini berkenaan dengan posedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhan desain kurikulum.
d.      Implementasi kurikulum. Langkah ini merupakan langkah mengimplementasikan atau melaksanakan kurikulum yang bukan sesuatu yang sederhana, sebab membutuhkan kesiapan yang menyeluruh, baik kesiapan guru-guru, siswa, fasilitas, bahan maupun biaya, di samping kesiapan manajerial dari pimpinan sekolah atau administrator setempat.
e.       Evaluasi kurikulum. Langkah ini minimal mencakup empat hal, yaitu:
·         Evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru
·         Evaluasi desain kurikulum
·         Evaluasi hasil belajar siswa
·         Evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum
4.      The demonstration model
Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass roots, datang dari bawah. Model ini diprakarsai oleh sekelompok guru atau sekelompok guru bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini umumnya berskala kecil, hanya mencakup suatu atau beberapa sekolah, suatu komponen kurikulum atau mencakup keseluruhan komponen kurikulum. Karena sifatnya ingin mengubah atau mengganti kurikulum yang ada, pengembangan kurikulum sering mendapat tantangan dari pihak-pihak tertentu.
5.      Taba’s inverted model
Ada lima langkah pengembangan kurikulum model Taba ini
a.       Mengadakan unit-unit eksperimen bersama-sama guru
b.      Menguji unit eksperimen
c.       Mengadakan revisi dan konsolidasi
d.      Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum
e.       Implementasi dan diseminasi
6.      Roger’s interpersonal relation model
Menurut Rogers manusia berada dalam proses perubahan (becoming developing, changing), sesungguhnya ia mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri, tetapi karena ada hambatan-hambatan tertentu ia membutuhkan orang lain untuk membantu memperlancar atau mempercepat perubahan tersebut. Pendidikan juga tidak lain merupakan upaya guru untuk memperlancar dan mempercepat perubahan tersebut. guru serta pendidik lainnya bukan pemberi informasi apalagi penentu perkembangan anak, mereka hanayalah pendorong dan pemelancar perkembangan anak.
Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers
a.       Pemilihan target dari sistem pendidikan
b.      Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif
c.       Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran
d.      Partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok
7.      The systematic action-research model
Model perkembangan ini didasarakan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan social. Hal itu mencakup suatu proses yang melibatkan kepribaddaian orang tua, siswa guru, struktur sistem sekolah, pola hubungan pribadi dan kelompok dari sekolah dan masyarakat.
8.      Emerging technical models
Perkembanngan bidang teknologi dan ilmu oengetahuan serta nilai-nilai efesien efektifitas dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model-model kurikulum. Tumbuh kecenderungan baru yang didasarkan atas hal itu, di antaranya:
a.       The behavioral analysis model
Yaitu menekankan penguasaan perilaku atau kemampuan. Suatu perilaku/kemampuan yang kompleks diuraikan menjadi perilaku-perilaku yang sederhana yang tersusun secara hierarkis. Siswa mempelajari perilaku-perilaku tersebut secara berangsur-angsur mulai dari yag sederhana menuju yang lebih kompleks.
b.      The system analysis model berasal dari gerakan efesien bisnis. Langkah pertama dari model ini adalah menentukan spesifikasi perangkat hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Langkah kedua adalah menyusun instrument untuk menilai ketercapaian hasil-hasil belajar tersebut. Langkah ketiga, mengindentifikasi tahap-tahap ketercapaian hasil serta perkiraan biaya yang diperlukan. Langkah keempat, membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa program pendidikan.
c.       The computer-based model, suatu model pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan komputer. Pengembangannya dimulai dengan mengindentifikasi seluruh rumusan unit-unit kurikulum, tiap unit kurikulum telah memilki rumusan tentang hasil-hasil yang diharapkan.


















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Dalam kurikulum terintregasi filsafat, nila-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan/ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, penjabat pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur masyarakat lainnya.

            Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum, yaitu prinsip umum dan prinsip khusus. Didalam prinsip khusus terdapat beberapa macam pengembangannya yaitu; (a) prinsip relevansi, (b) prinsip fleksibilitas, (c) prinsip kontinuitas, (d) prinsip praktis, (e) prinsip efektifitas. Adapun prinsip khusus yaitu; (a) prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, (b) prinsip berkenaan dengan isi pendidikan, (c)  prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, (d) prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran, (e) prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.
            Pengembangan kurikulum dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi, yaitu: administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat.
            Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum yaitu; (a) perguruan tinggi, (b) masyarakat, (c) sistem nilai. Artikulasi dalam pendidikan berarti “kestupaduan dan koordinasi segala pengalaman belajar”. Untuk merealisasikan artikulasi kurikulum, perlu meneliti kurikulum secara menyeluruh, membuang hal-hal yang tidak diperlukan, menghilangkan duplikasi, merevisi metode serta isi pengajaran, mengusahakan perluasan dan kesinambungan kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa hambatan. Hambatan pertama terletak pada guru. Guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum. Hal itu disebabkan beberap hal. Pertama kurang waktu. Kedua kekurangsesuaian pendapat, baik antara sesama guru maupun dengan kepala sekolah dan administrator. Ketiga karena kemampuan dan pengetahuan guru sendiri.
            Hambatan lain datang dari masyarakat. Untuk pengembangan kurikulum dibutuhkan dukungan masyarakat baik dalam pembiayaan maupun dalam memberikan umpan balik terhadap sistem pendidikan atau kurikulum yang sedang berjalan. Masyarakat adalah sumber input dari sekolah. Keberhasilan pendidikan, ketetapan kurikulum yang digunakan membutuhkan bantuan, serta input fakta dan pemikiran dari masyarakat.
            Model-model perkembangan kurikulum yaitu; (a) the administrative model, (b) tim grass roots model, (c) beaucamph’s system, (d) The demonstration model, (e) taba’s inverted model, (f) roger’s interpersonal relation model, (g) the systematic action-research model, (h) emerging technical models.

B.     Saran
            Setelah mempelajari tentang perkembangan kurikulum maka kami harapakan bagi setiap pembaca untuk dapat memahaminya dan dapat mempelajarinya lebih detail dari berbagai literature lainnya.




                [1] Hafni Ladjid, pengembangan kurikulum, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hal. 9
                [2] Prof. Dr. Nana Syaodil Sukmadinata, pengembangan kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdaarya, 1997), hal. 155

                [3] Ibid,. hal. 160

Subscribe to receive free email updates: