Konsep Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja)

Advertisement
Jejak Pendidikan- Aswaja memang satu istilah yang mempunyai banyak makna. Sehingga banyak golongan yang mengklaim dirinya sebagai aswaja. Aswaja adalah kelompok yang konsisten menjalankan sunah nabi saw., dan meneladani para sahabat nabi dalam akidah (tauhid), amaliah (syariah) dan akhlak (tasawuf).

Term “aswaja” sering menjadi label bagi suatu gerakan maupun organisasi diberbagai penjuru dunia, tak ketinggalan negara kita Indonesia. NU misalnya, dikenal sebagai organisasi keagamaan yang  paling membela faham Ahlussunnah wal Jamaah meskipun secara organisatoris belum ada keputusan resmi tentang kewajiban menganut faham Ahlussunnah wal Jamaah bagi warganya. Secara terminologi.

Ahlussunnah wal Jamaah terdiri dari tiga kata:
  1. أهل bearti pemeluk aliran atau pengikut madzhab bila berkaitan dengan aliran atau madzhab. Bahkan ahl bisa merupakan badal nisbah, sehingga jika dikaitkan dengan as-sunnah mempunyai arti orang yang berfaham sunni.
  2. السنة , mempunyai arti طريقة , yakni jalan yang dilakukan oleh para sahabat nabi dan tabi’in.
  3. الجماعة , bearti sekumpulan orang yang memiliki tujuan, persatuan menyeluruh dari umat Islam.


Madzhab Ahlussunnah wal Jamaah merupakan madzhab yang telah lama. Disebutkan Abu Hanifah, Asy-Syafii, Malik dan Ahmad bin Hanbal (pengikut madzhab ini). Madzhab tersebut merupakan madzhab sahabat yang mereka terima dari nabi mereka. Siapa yang menyimpang dari madzhab tersebut dia pembid’ah menurut faham Ahlussunnah wal Jamaah. Mereka sepakat bahwa ijma’ sahabat sebagai hujjah, dan mereka berselisih faham tentang ijma’ sesudah mereka.

Ahl sunnah wal jama’ah tidak terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Namun keduanya hanya menyebutkan secara parsial seperti ahl, as-sunnah dan al-jama’ah. Kata ahl dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak seratus kali yang maknanya lebih dari lugawi, sedangkan assunnah ada tiga belas tempat. Sementara al-jama’ah banyak ditemukan dalam hadits-hadits nabi seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan imam Ahmad.

Dengan terminologi demikian, aswaja secara riiil di tengahtengah umat Islam terbagi menjadi tiga kelompok. Pertama, ahlul hadits dengan sumber kajian utamanya adalah dalil sam’iyah, yakni al-Quran, Hadits, Ijma’ dan Qiyas. Kedua, para ahlul kalam atau ahl annadhar (teologi) yang mengintegrasikan intelegensi (assina’ah alfikriyah).

Mereka adalah Asya’ariah dengan pimpinan Abu Hasan al-Asy’ari dan Hanafiyah dipimpin oleh Abu Manshur al-Maturidi.

Sumber penalaran mereka adalah akal dengan tetap meletakkan dalil sam’iyah dalam porsinya. Ketiga, ahl alwijdan wa alkasyf (kaum sufiyah). Sumber inspirasi mereka adalah penalaran ahl al-Hadits dan annazar sebagai media penghantar yang kemudian dilanjutkan melalui pola kasyf dan ilham. Ketiga kelompok inilah yang paling layak disebut aswaja secara hakiki.


Sumber:
  1. M. Ali Haidar, Nahdatul Ulama dan Islam di Indonesia Pendekatan Fikih dalam Politik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994).
  2. Imam Yahya, Dinamika Ijtihad NU, (Semarang: Walisongo Pers, 2009).
  3. Muhammad Tholhah Hasan, Ahlussunnah wal Jamaah dalam Persepsi dan Tradisi NU, (Jakarta: Lantabora Pers, 2005).
  4. Nur Sayyid Santoso Kristeva, Sejarah Teologi Islam dan Akar Pemikiran Ahlussunna wal Jamaah, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2014).

Subscribe to receive free email updates: