Tingkatan Thaharah

Advertisement

a. Thaharah Badan

Thaharah badan merupakan tingkatan pertama dari keempat tingkatan thaharah, pada tingkatan pertama ini, thaharah dilakukan dengan cara bersuci dan membersihkan diri dari kotoran, najis dan hadats. Hal ini dapat dilakukan dengan cara :

1) Wudhu
a) Pengertian Wudhu
Wudhu secara Bahasa berasal dari shighat  artinya bersih. Sedangkan Ibrahim Al-Bajuri dalam kitabnya Al-Bajuri ‘Ala Ibn Qasim mengatakan bahwa, “kata wudhu berasal dari kata wadaah, yang artinya baik, bersih, murni atau tidak ada campuran dosa” Menurut Wahbah Al- Zuhaili pengertian wudhu adalah mempergunakan air pada anggota tubuh terterntu dengan maksud untuk membersihkan dan mensucikan. Adapun menurut syara’, wudhu adalah membersihkan anggota tubuh tertentu melalui suatu rangkaian aktivitas yang dimulai dengan niat, membasuh wajah, kedua tangan dan kaki serta menyapu kepala.

Dikutip dari Oan Hasanuddin, berwudhu memiliki dua makna: Pertama, untuk membersihkan diri dan penyempurnaan nikmat Allah SWT. Kedua, yakni penyempurnaan nikmat berkolerasi dengan kesehatan secara holistic, baik jasmani maupun rohani. Dikutip dari Moh. Ali Aziz, wudhu adalah kegiatan membasuh sejumlah anggota badan dengan air untuk menghilangkan kotoran batin. Dari pengertian diatas, wudhu lebih ditekankan pada kebersihan batin daripada fisik. Kotoran dibersihkan dengan air, sedangkan kotoran bantin dibersihkan dengan istighfar dan taubat. Wudhu berisi keduanya: istighar dan taubat. Wudhu adalah sarana pembersihan jiwa yang dimulai dari bagian yang paling luar dari tubuh sampai pada bagian yang paling dalam yakni rohani kita yang merupakan bentuk proses peribadatan kepada Allah SWT.

Merujuk kembali pada surat Al-Maidah ayat 6 yang ditutup dengan kalimat “Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu supaya kamu beryukur”. Hal ini menerangkan kepada kita bahwa semua perintah Allah itu ada tujuannya untuk kemaslahatan umat-Nya, sehingga ketika manusia mengetahui hikmah dari perntah Allah itu manusia akan bersyukur dan kemudian mengerjakan perintah Allah dengan ikhlas dan penuh kesadaran. Sebagian besar dari kita memahami perintah berwudhu ketika mengerjakan hal-hal diatas hanyalah sebagai syariat yang dibebankan kepada kita tanpa mengetahui alasan lebih mengapa Allah senantiasa menganjurkan pada umatnya untuk berwudhu, jika kita memperhatikan lebih seksama, semua perintah Allah swt tidak ada yang sia-sia, dan setiapnya memiliki manfaat yang luar biasa.

Dengan berwudhu, selain bisa membersihkan diri dari kotoran, bakteri dan kuman, juga dapat membersihkan diri kita dari kesalahan dan dosa. Imam Al-Ghazali dalam kitab Al-Ihya’ seperti yang dikutp oleh Hamka dalam tafsir Al-Azhar menuliskan hikmah dari berwudhu, yakni membasuh muka karena pada wajah terletak mata, telinga, mulut dan hidung yang setiap waktunya giat menghubungkan diri dengan kehidupan duniawi seperti melihat, mendengar, menghirup dan bercakap. Oleh karenanya sebelum menghadap pada Allah, panca indera harus dibasuh terlebih dahulu untuk menghilangkan pengaruh keduniawian yang banyak sedikitnya membawa kesan kepada jiwa kita. Begitu pula dengan membasuh tangan, menyapu sebagian kepala dan kaki.

Dilhat dari aspek kehidupan Muslim pada umumnya, penulis menjadikan wudhu terbagi menjadi tiga tingkatan, diantaranya :

  1. Berwudhu karena hadats. Hal ini dimaksudkan ketika seorang Muslim berwudhu hanya setelah ia berhadats, sebagai contoh istinja’ setelah buang air besar.
  2. Berwudhu ketika akan melakukan shalat (ibadah). Hal ini dimaksudkan ketika seorang Muslim berwudhu hanya karena akan melaksanakan ibadah shalat, sebagai syarat melakukan suatu ibadah.
  3. Berwudhu karena selalu suci. Hal ini dimaksudkan ketika seorang Muslim berwudhu karena ingin selalu menjaga keadaan suci pada dirinya.


b) Tata Cara Berwudhu

Secara zhahir perbuatan berwudhu itu diurutkan sesuai rukun dan sunatnya, diantaranya :

Niat
Niat ini hukumnya wajib, dan dilakukan karena Allah. Inti dan niat wudhu ini adalah supaya seseorang yang menghadap Allah, merasakan bahwa ia sedang “berkomunikasi” dengan khusyu’ di hadapan Al-Khaliq. Sebelum memulai berwudhu disyariatkan membaca basmalah (bismillahirrahmanirrahim) yang artinya “ Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Waktu untuk berniat dilakukan pada awal membasuh muka.

Mencuci Telapak Tangan
Mencuci telapak tangan merupakan Sunnah wudhu. Makna-makna yang terkandung didalamnya adalah mensucikan tangan dari segala perbuatan “jahil” yang telah lalu dan akan datang.orang yang melakukan shalat terlebih dahulu berwudhu dan membasuh telapak tangannya, seyogyanya terhindar dari kejahatan yang dilakukan oleh tangan.

Berkumur-kumur mensucikan mulut dan lidah
Mencuci mulut adalah memasukkan air kedalam mulut dan mengeluarkannya kembali. itu dikerjakan tiga kali dan ini merupakan Sunnah dalam berwudhu. Membersihkan mulut (lidah) dengan tujuan kita memohon kepada Allah SWT agar terhindar dari akibat buruk. Karena lidah yang tidak terpelihara membuat orang menjadi dengki dan iri kepada sesamanya. Dan sifat dengki keluar dari hati yang buruk, kemudian tersalurkan lewat lidah.

Membersihkan kedua lubang hidung
Hal ini merupakan Sunnah dalam berwudhu. Hidung adalah alat penciuman senantiasa harus bersih dari kotoran-kotoran, karena hidung sebagai reseptor pencium yang mampu membedakan lebih dari 10.000 macam bau. Beristinsar adalah memasukkan air ke dalam lubang hidug selain waktu berpuasa.20 Setiap kali membasuh hidung, kuman penyakit seperti influenza, sinusitis, bronchitis, dan lain-lain akan hilang. Dan faedah yang dapat diambil dari membasuh hidung bukan hanya baik untuk kesehatan fisik, namun juga kesehatan jiwa.

Membasuh Muka
Membasuh muka merupakan salah satu pokok utama dalam berwudhu. Urutannya, membasuh antara dua telinga dan dari tempat tumbuhnya rambut kepala bagian atas sampai dagu, dikerjakan tiga kali. Dengan membasuh muka secara keseluruhan yang meliputi wajah dan penglihatan itu bermakna bahwa kita harus mensucikan wajah dan penglihatan. Seorang muslim yang senantiasa membasuh dan mensucikan wajahnya dengan air wudhu maka dari wajahnya akan terpancar cahaya atau nur. Maka dari itu janganlah berpaling dari wudhu, karena “air suci” yang bersumber dari wudhu itu akan member kebaikan dan keberuntungan bagi kita. Salah satu faedah yang dengan membasuh air wajah ketika wudhu adalah merangsang titik-titik akupuntur di bagian wajah yang efeknya sangat bermanfaat bagi kesehatan.

Membasuh kedua tangan sampai siku
Membasuh kedua tangan sampai siku merupakan salah satu hal utama dalam berwudhu. Urutannya dengan mendahulukan tangan kanan dari tangan kiri dikerjakan tiga kali, dimulai dari membasuh pergelangan tangan sampai ke ujung siku. Dengan membasuh kedua tangan sampai siku, semua otot yang berpusat pada lengan akan semakin mudah digerakkkan. Dan juga dapat merangsang titik-titik akupuntur di bagiantangan yang efeknya juga sangat bermanfaat bagi kesehatan.

Membasuh kepala
Membasuh kepala atau rambut meruapakan salah satu yang diwajibkan dalam wudhu. Dikerjakan sebanyak tiga kali. Kepala senantiasa dibasahi agar kesegaran tubuh dan pikiran menjadi jernih selalu. Dan juga dapat mensucikan pikiranpikiran kotor yang dapat merusak iman seseorang. Membasuh kepala saat berwudhu juga akan merangsang titik-titik akupuntur di kepala. Di dalam kepala terdapat otak yangmana melahirkan pikiran dan tingkah laku.  Dengan membasuh air dingin di kepala ketika wudhu maka pikiran akan jernih kembali untuk menjalankan segala perintah-Nya. Selain menerangkan pikiran dan hati juga menimbulkan efek untuk kesehatan fisik dan jiwa hingga tercapai kesehatan lahir dan batin.

Menyapukan air ke telinga
Membasuh kedua telinga merupakan Sunnah dalam berwudhu dan salah satu bagian dari kesempurnaan wudhu. Urutannya adlah menempatkan telunjuk di lubang telinga dengan ibu jari disebelah luar telinga. Dikerjakan sebanyak tiga kali. Membasuh kedua telinga dapat menjaga kebersihan dan kesehatan pendengaran, menjauhkan penyakit yang disebabkan oleh kerusakan saraf auditori. Dan juga merangsang titik-titik akupuntur yang terdapat di telinga, yang bermanfaat untuk pencegahan dan usaha penyembuhan penyakit yag berhubungan dengan titik-titik akupuntur tersebut.

Membasuh kedua kaki sampai mata kaki
Membasuh kedua kaki sampai mata kaki merupakan pokok utama berwudhu yang diwajibkan.mencuci kaki kanan terlebih dahulu kemudian kaki kiri sampai pada mata kaki. Mensucikan kaki berarti mensucikan langkah. Setiap membasuh kaki kita harus selalu menginstropeksi perbuatan-perbuatan yang dilakukan. Karena air wudhu dapat menghapus kotoran yang bersumber dari setan sehingga mengokohkan pendirian dan memantakan hati.

Tertib
Tertib adalah menjalankan rukun-rukun wudhu sesuai dengan urutannya dimulai dari niat sampai membasuh telapak kaki. Secara logika, keseluruhan rangkaian wudhu mencerminkan pendidikan kebersihan. Hal ini menunjukkan semboyan kebersihan adalah sebagian dari iman. Kebersihan yang dimaksudkan adalah kesucian dalam kehidupan sehari-hari baik kesucian lahir (kesehatan tubuh) maupun kesucian rohani (moral agama). Siklus kehidupan ini tercakup dalam makna wudhu dimulai dari niat sampai mencuci kaki.

c) Air sebagai Sarana berwudhu

Begitu banyak manfaat dan kandungan yang terdapat pada rukun wudhu, ketika kita meneliti terlebih dalam lagi dengan media yang digunakan dalam wudhu yakni air. Air yang digunakan dalam berwudhu haruslah air yang suci mensucikan, artinya ia suci bagi dirinya dan mensucikan bagi yang lainnya yang disebut dengan air mutlak. Dan juga semua madzhab sepakat, bahwa apabila air berubah warna, rasa dan baunya karena bersentuhan dengan najis, maka air itu menjadi najis, baik sedikit ataupun banyak, bermata air ataupun tidak.

Mutlak maupun mudhaf (air perahan). Apabila air itu berubah karena melewati bau-bauan tanpa bersentuhan dengan najis, maka air itu tetep suci. Apabila air bercampur dengan najis, sedangkan air itu tidak berubah sifatnya, maka Imam Malik berkata berkata berdasarkan suatu riwayat “air itu pada dasarnya suci. Ia tidak menjadi najis oleh sesuatu kacuali berubah warna, rasa dan baunya”. Sedangkan madzhab yang lain berpendapat “jika air itu sedikit menjadi najis, dan jika banyak tetap suci” Penggunaan air dalam berwudhu bukanlah tanpa arti, melainkan terdapat beberapa hikmah dan alasan mengapa Allah SWT mensyartiatkan berwudhu dengan meggunakan air. Dalam pemahaman biologi air merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup agar dapat bertahan hidup dan menjalankan segala aktivitasnya. Diperkuat dengan presentase sekitar 70% dalam tubuh manusia terdiri dari air.

Disamping fungsi air yang bisa meghilangkan kotoran, air juga bisa dijadikan bahan renungan kebesaran nikmat Allah. Sesuai dengan bukti bahwa manusia tidak dapat dipisahkan oleh air. Air merupakan benda hidup, salah satu kehebatan air adalah dapat merespon setiap kata yang diucapkan oleh manusia. Merupakan penemuan dari Dr. Masaru Emoto dari Universitas Yokohma, bersama tim penelitiannya. Dalam penelitiannnya, fakta mengemukakan bahwa air dapat merespon pikiran dan perasaan manusia. Air diketahui dapat membalas keindahan “cinta” dan “syukur” juga dapat memantulkan “kebencian” dan “kekerasan” yang dilakukan manusia dengan cara menampilkan Kristal dari molekul-molekul air yang dapat dilihat dengan mikroskop electron dengan kecepatan tinggi.

Seperti yang tertera diatas, air yang diberi kata-kata yang positif akan menyusun Kristal-kristal yang indah. Dalam hal ini air memberikan pesan kepada kita bahwa seharusnya menjalani hidup ini dengan hal-hal yang positif, serta tetap menjaga kondisi pikiran dan tubuh. Karena sesungguhnya air memiliki peran penting dalam kelancaran metabolism dalam tubuh kita. Dan untuk membaca dzikir atau do’a ketika berwudhu agar mendapatkan manfaat dan fungsi yang lebih maksimal dari molekul air agar sampai ke hati.


d) Wudhu dalam Pandangan Ilmu Pengetahuan dan Kesehatan

Jika kita mau meneliti, kita akan mengetahui bahwa wudhu mempunyai banyak manfaat terhadap kesehatan jasmani. Media yang digunakan untuk berwudhu adalah air. Air bersifat membersihkan, menyejukkan dan syifa’ (terapis). Bagian tubuh yang terkena air wudhu adalah bagian tubuh yang terbuka, yang sering dihinggapi bakteri dan virus yang menyebabkan penyakit. Dikutip dari dokter spesialis bedah umum dan super spesialis bedah onkologi, Bahar Azwar oleh Aminatuz Zahroh, menyatakan bahwa, wudhu adalah pembilasan serta pengenceran kuman sehingga mengurangi keganasannya, sertamempermudah regenerasi kulit dan selaput lendir, dengan begitu tubuh tidak akan mudah terserang penyakit karena kulit dan selaput lendir yang menjadi gugus perlindungan tubuh dapat menjalankan tugasnya dengan baik yakni menghancurkan penyakit yang menyerang tubuh manusia.

Menurut Sholeh Gisymar, “Ketika air wudhu membasuh anggota wudhu, secara langsung juga akan membuat darah beraksi sehingga bisa berkerja lebih cepat dan gesit mengalirkan darah ke seluruh tubuh” hal ini dapat terjadi karena ketika air wudhu mengenai tubuh akan menyebabkan normalisasi suhu tubuh sebagai akibat bertemunya suhu panas dalam tubuh dengan dinginnya guyuran air wudhu. Saat itu juga darah mengalir ke daerah seputar wajah, kedua tangan dan telapak kaki dengan sangat lancer. Dalam kaitannya dengan kesahatan, air memiliki banyak manfaat, baik sebagai media bagi obat-obatan maupun air itu sendiri yang dijadikan sebagai pengobatan. Beberapa penyakit yang dapat diobati dengan air diantaranya stroke, sakit persendian, batu ginjal, kanker, radang mulut dan gigi, dan lain-lain.

Selain itu, dalam tradisi islam, air yang didoakan juga bisa digunakan untuk mengobati orang yang sakit. Rasulullah saw pernah menyuruh orang yang sedang sakit demam untuk mengobatinya dengan air. Sekarang ini jga telah banyak dikembangkan metode pengobatan dengan menggunakan air sebagai media pengobatan, yang disebut dengan terapi ait atau hidroterapi.

Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan para dokter gigi dari academy of general denfistry Amerika Serikat tentang berkumur dalam wudhu, mereka mengatakan bahwa “Mulut kering menjadi pemicu terjadinya radang gusi” menurut mereka “kurangnya air liur akibat mulut kering mengakibatkan menempelnya plak pada gigi dan gusi sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya radang gusi”. Dengan bekumur saat berwudhu, berarti telah menjaga kesegaran mulut, sehingga dapat mencegah terjadinya radang gigi.

Selain itu istinsyaq dan istintsar juga menjadi penelitian dari Fakultas kedokteran di Iskandariah Mesir yang berkerja sama dengan lembaga penelitian ilmiah dan teknologi, yang menyatakan bahwa “Hidung bagian dalam yang tidak dibasuh dengan air, pada umumnya berwarna pucat, berminyak serta penuh dengan debu dan kotoran. Sedangkan pintu hidung yang tampak bagian luar berwarna cerah dan terdapat bulu hidung yang rentan dihinggapi oleh debu dan kotoran.

Kaum muslimin yang disiplin melakukan wudhu memiliki langit-langit hidung dan bulu hidung yang bersih, terbebas dari debu dan kotoran” dengan demikian dalam penelitian diatas dapat disimpulkan istinsyaq dan istintsar dalam berwudhu dapat memersihkan virus, bakteri dan penyakit yang berserang di hidung seperti influenza, poliomyclitis, diperteri dan lainnya.

Dari penjelasan diatas hal tersebut dapat dijadikan sebagai maqashid al-syariah (tujuan syara’) untuk mengetahui asrar al-ahkam (rahasia-rahasia hukum agama) berupa maqashid al-syariah tabi’ah yaitu maksud yang mengirirngi pelaksanaan maqashid al-syariah dan hikmah yang ada didalamnya. Dalam hal ini manusia berusaha menyingkap maqashid tabi’ah guna merangsang pelaksanaan syari’ah karena akan mendapatkan sesuatu yang berharga apabila syari’at itu dilaksanakan. Misalnya, wudhu salah satu maqashid tabi’ahnya adalah mendapat kesehatan. Namun maqashid tabi’ah bukan dijadikan sebagai tujuan utama dalam wudhu ini.

2) Mandi Besar

a) Pengertian Mandi
Menurut lughat, mandi disebut al-ghasl atau al-ghusl berarti mengalirnya air pada sesuatu. Sedangkan dalam istilah syari’at yakni mengalirnya air keseluruh tubuh disertai dengan niat. Sebab-sebab yang mewajibkan mandi ada enam perkara diantaranya : Pertama, Bersetubuh. Kedua, Keluarnya mani. Ketiga, Mati. Keempat, Haid. Kelima, Nifas. Keenam, Melahirkan.

b) Tata Cara Mandi Besar
Rukun Mandi Besar
Niat. Niat dilakukan serentak dengan basuhan petama. Niat dianggap sah apabila. Pertama, untuk mengangkat hadats besar, janabah, haid, nifas, dan hadats lainnya. Kedua, untuk membolehkan shalat, thawaf, atau pekerjaanlain yang hanya boleh dilakukan dengan thaharah. Ketiga, berniat mandi wajib, berniat untuk menunaikan mandi, berniat thaharah
untuk shalat.

Menyampaikan air ke seluruh tubuh, meliputi rambut dan permukaan kulit

Sunnah Mandi

  1. Membaca basmalah
  2. Membasuh tangan sebelum memasukkan ke bejana
  3. Berwudhu dengan sempurna sebelum melakukan mandi
  4. Menggosok seluruh tubuh yang terjangkau oleh tangan
  5. Muwalah, yakni membasuh suatu anggota sebelum kering anggota yang dibasuh sebelumnya
  6. Imendahulukan menyiram bagian kanan pada tubuh
  7. Menyiram dan menggosok tubuh sebanyak tiga kali
  8. Khusus bagi perempuan, setelah mandi haid atau nifas, disunnahkan memakai kasturi atau wangian lainnya pada bekas darahnya, kecuali kalau ia sedang ihram atau berkabung.

b. Thaharah Jiwa

Thaharah jiwa merupakan tingkatan kedua setelah thaharah badan, Jika dalam thaharah badan dilakukan dengan cara berwudhu dan mandi untuk bersuci dan membersihkan diri dari kotoran, najis dan hadats, Thaharah badan dilakukan dengan cara bersuci dan membersihkan diri dari pada perbuatan dosa, kesalahan dan maksiat. Hal ini dapat terlihat dan dinilai dari pribadi dan akhlak seorang Muslim dalam kesehariannya baik dalam beribadah maupun dalam social kehidupan. Allah swt berfirman :
Dan mereka yang berpaling dari perkataan yang tiada berguna” Q.S. Al- Mu’minun (23) : 3

Dalam ayat diatas, menegaskan bahwa seorang Muslim harus menjaga setiap perilaku dan akhlaknya. Salah satu kemenangan yang akan diraih oleh seorang Mu’min yakni Orang-orang yang tidak akan berbicara omong kosong yang tidak berfaedah, hal ini merupakan salah satu sikap Muslim untuk menghindari perbuatan dosa dan maksiat. Di dalam kamus KBBI, dosa adalah perbuatan salah atau perbuatan yang melanggar hukum Tuhan atau agama. Kesalahan merupakan perihal ataupun sesuatu yang salah atau keliru. Maksiat merupakan perbuatan yang melanggar perintah Allah swt33, hal ini merupakan perbuatan dosa, tercela dan buruk.

Dilihat dari definisi diatas, dosa merupakan pelanggaran hukum agama yang sama sekali tak diatur oleh hukum positif negara. Sebagai contoh, keika seorang Muslim tidak mengerjakan shalat, maka ia berdosa, namun ia tidak melakukan pelanggaran hukum negara. Berbeda dengan maksiat, maksiat merupakan kategori dari “dosa” yang merupakan suatu pelanggaran terhadap hukum agama yang tak diatur oleh hukum positif negara, namun perbuatan maksiat ini memiliki perngertian yang lebih khusus, yakni pelanggaran hukum yang bersifat individual atau dapat juga dikatakan hukum yang sedikit sekali dampak sosialnya, sebagai contoh seorang Muslim dengki ataupun ghibah, yakni dengan membicarakan kejelekan orang lain.

c. Thaharah Ruh

Thaharah ruh merupakan tingkatan ketiga setelah thaharah badan dan thaharah jiwa. Thaharah ruh dilakukan dengan cara bersuci dan membersihkan diri dari segala perangai atau perbuatan yang keji, buruk maupun hina.Allah swt berfirman :
Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah ? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui. Q.S. Al-Imron (3) : 135

d. Thaharah Sirr

Pada tiap-tiap tingkatan, nilai besuci (thaharah) itu hanya separuh dari (pendakian) ketaatan yang ada pada tiap tingkatan tersebut. Sebab tujuan puncak dari ketaatan-pada tingkatan- sirr (rahasia hati), adalah tersingkapnya keagungan dan kebesaran Allah ke dalam sirr, sedangkan sir tidak akan hakiki ditempati oleh penyingkapan tersebut (oleh ma’rifatullah), selama di dalam sirr itu masih ada sesuatu selain Allah swt. Allah berfirman,
Mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya ketika mereka berkata, "Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia". Katakanlah (Muhammad), "Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu memperlihatkan (sebagian isinya) dan banyak yang kamu sembunyikan, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang tidak tidak diketahui, baik olehmu maupun oleh nenek moyangmu." Katakanlah, "Allah-lah (yang menurunkannya)," kemudian (setelah itu), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.QS. Al-An’am (6) : 91

Sebagaimana dalam ayat diatas hal itu karena, keduanya (ma’rifatullah dan selain Allah) tidak akan berkumpul dalam satu hati. Allah yang berfirman:
Allah tidak menjadikan bagi seseorang dua hati dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataan di mulutmu saja. Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar).QS. Al-Ahzab (33) : 4

Adapun ketaatan – pada tingkatan – hati,tujuan puncaknya adalah memakmurkan hati dengan akhlak-akhlak terpuji dan akidah-akidah yang masyru’ (ditetapkan oleh agama). Sedangkan hati, tidak akan terhiasai oleh akhlak terpuji dan akidah-akidah masyru’, selama ia belum dibersihkan dari lawan-lawannya, yakni akidah-akidah rusak dan perilaku tercela.

Oleh karena itu, menyucikan hati adalah separuh dari satu bagian. Yakni, separuh pertama yang sekaligus menjadi syarat untuk mencapai separuh kedua (penghiasan hati dengan akhlak-akhlak terpuji dan akidah-akidah yang masyru’). Demikian juga, menyucikan anggota badan dari perbuatan-perbuatan yang dilarang, adalah separuh dari satu bagian. Yakni, separuh pertama yang juga menjadi syarat untuk mencapai separuh kedua.

Menyucikan anggota badan itu adalah separuh pertama, sedangkan memakmurkannya dengan berbagai ketaatan adalah separuh kedua. Maka, inilah tahap-tahap iman (maqamat al-iman). Setiap tahap iman tercakup di dalam sebuah tingkatan “wilayah itu” (yakni, tingkatan sirr, tigkatan hati dantingkatan anggota tubuh ; yang setiap tingkatan menckup dua tahap iman : tahap penyucian dan tahap pemakmuran).



Rujukan:

  1. Aminatuz Zahroh, Wudhu itu Menyehatkan, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2014),
  2. Moh Ali Aziz, 60 Menit terapi shalat bahagia, (Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press, 2012),
  3. Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta : Pustaka Panji, 1993),
  4. M. Hembing, Hikmah Shalat untuk Pengobatan dan Kesehatan, (Jakarta : Pustaka Kartini, 1997),
  5. Aminatuz Zahroh, Wudhu itu Menyehatkan, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2014),


Subscribe to receive free email updates: