Model Pembelajaran Questioning Type Open Ended Problems

Advertisement
1. Pengertian Pembelajaran
Jejak Pendidikan- Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku yaitu proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.

Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction”, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang terjadi ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karena belajar merupakan proses alamiah setiap orang.

Pembelajaran bisa terjadi di mana saja dan pada level yang berbeda-beda, secara individual, kolegtif, ataupun sosial. Salah satu bentuk pembelajaran adalah pemrosesan informasi. Hal ini bisa dianalogikan dengan pikiran atau otak manusia yang berperan layaknya komputer di mana ada input dan penyimpanan informasi di dalamnya. Yang dilakukan oleh otak adalah bagaimana memperoleh kembali materi informasi tersebut, baik yang merupa gambar maupun tulisan. Dengan demikian, dalam pembelajaran, seseorang perlu terlibat dalam refleksi dan penggunaan memori untuk melacak apa saja yang harus ia serap, apa saja yang harus ia simpan dalam memorinya, dan bagaimana ia menilai informasi yang telah di peroleh.

2. Pengertian Model Pembelajaran
Model merupakan kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Model dapat dipahami juga sebagai gambaran tentang keadaan sesungguhnya. Menurut Dewi Salma istilah model dapat diartikan sebagai tampilan garis, prosedur kerja, yang teratur atau sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian atau penjelasan berikut saran.

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dan terencana dalam mengorganisasikan proses pembelajaran peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Model pembelajaran juga dapat dipahami sebagai blueprint guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan proses pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi perancang kurikulum maupun guru dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran.

Arends (1997:7) menyatakan, “The term teaching model refers to a particular approach to intruction that includes its goals, syntax, environment, and management system,” Artinya, istlah model  mengajukan pertanyaan karena berbagai alasan. Alasan-alasan meliputi hal-hal berikut ini (Freiberg dan Driscoll, 2000):
  1. Memeriksa pemahaman siswa tentang ajaran.
  2. Mengevaluasi efektivitas pelajaran.
  3. Meningkatkan pola pikir tingkat tinggi.


 Keterampilan bertanya, bagi seorang guru merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai. Sebab melalui keterampilan ini guru dapat menciptakan suasana pembelajaran lebih bermakna. Dapat dirasakan, pembelajaran akan menjadi sangat membosankan, manakalah selama berjam-jam guru menjelaskan materi tanpa diselingi dengan pertanyaan, baik hanya sekedar pertanyaan pancing, atau pertanyaan untuk mengajak siswa berpikir. Model pembelajaran apapun yang digunakan bertanya merupakan kegiatan yang selalu merupakan bagian yang tidak terpisahkan.

Model pembelajaran questioning merupakan metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang berifat two traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung oleh guru.

Tujuan yang akan dicapai dari model pembelajaran questioning antara lain:
  1. Untuk mengecek dan mengetahui sampai sejauh mana materi pelajaran yang telah dikuasi oleh siswa.
  2. Untuk merangsang siswa berfikir.
  3. Memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang belum dipahami.
  4. Memotivasi siswa untuk menimbulkan sikap kompetisi dalam belajar.
  5. Melatih murid untuk berpikir dan berbicara secara sistematis berdasarkan pemikiran orisinil.


Pembelajaran terbuka atau yang sering dikenal dengan istilah open ended merupakan proses pembelajaran yang di dalamnya tujuan dan keinginan individu/ siswa di bangun dan dicapai secara terbuka. Model pembelajaran questioning type open ended problems prinsipnya sama dengan pembelajaran berbasis masalah yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang dalam prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada siswa. Bedanya problem yang disajikan memiliki jawaban benar lebih dari satu. Problem yang yang bukan rutun bersifat terbuka. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dasar keterbukaan (openness) pada model pembelajaran questioning type open ended problems di klasifikasikan dalam tiga tipe yaitu:
  1. Prosesnya terbuka, maksudnya adalah tipe soal yang diberikan mempunyai banyak cara dan solusi penyelesaian yang benar.
  2. Hasil akhir yang terbuka, maksudnya tipe soal yang diberikan mempunyai jawaban benar lebih dari satu jawaban.
  3. Cara pengembang lanjutannya terbuka, yaitu ketika siswa telah selesai menyelesaikan masalahnya, mereka dapat mengembangkan masalah baru berdasarkan soal awal yang diberikan. Dengan demikian pendekatan ini menyelesaikan masalah dan juga memunculkan masalah baru (from problem to problem).


Tujuan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran questioning type open ended problems yaitu untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir siswa melalui problem solving secara simultan. Hal yang perlu digaris bawahi adalah perlunya memberi kesempatan siswa untuk  

Kegiatan inti, yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan langkah-langkah berikut,
  1. Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari lima orang.
  2. Siswa mendapatkan pertanyaan open ended problems.
  3. Siswa berdiskusi bersama kelompok mereka masing-masing mengenai penyelesaian dari pertanyaan open ended problems yang telah diberikan oleh guru.
  4. Setiap kelompok siswa melalui perwakilannya, mengemukakan pendapat atau solusi yang ditawarkan kelompoknya secara bergantian.
  5. Siswa atau kelompok kemudian menganalisis jawaban-jawaban yang telah dikemukakan, mana yang benar dan mana yang lebih efektif.
  6. Kegiatan akhir, yaitu siswa menyimpulkan apa yang telah dipelajari. Kemudian kesimpulan tersebut disempurnakan oleh guru.
  7. Evaluasi, Setelah berakhirnya kegiatan belajar mengajar, siswa mendapatkan tugas perorangan atau ulangan harian yang berisi  
  8. Open ended problems berfokus pada skill-skill pemecahan masalah dalam konteks yang autentik serta memberi kesempatan untuk eksplorasi.


Sintak open ended problems bisa dilakukan dengan:
  • menyajikan masalah;
  • mendesain pembelajaran;
  • memperhatikan dan mencatat respon siswa;
  • membimbing dan mengarahkan siswa; dan
  • membuat kesimpulan.

.
Keunggulan dari model pembelajaran questioning type open ended problems antara lain:
  1. Siswa berpartisipasi lebih efektif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.
  2. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan secara komprehensif.
  3. Siswa dengan kemampuan rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sndiri.
  4. Siswa secara intrinsik termotivasi memberikan bukti atau penjelasan.
  5. Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.


Kelemahan dari model pembelajaran questioning type open ended problems antara lain:
  1. Membuat dan menyiapkan masalah yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah. 
  2. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak sangat yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan.
  3. Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.
  4. Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang dihadapi.


Model Pembelajaran Questioning Type Open Ended Problems dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih.
Sumber daya berkualitas adalah kunci utama kemajuan suatu bangsa. Hal ini menuntut manusia untuk meningkatkan kualitas berpikirnya dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan sehari-hari diberbagai bidang kehidupan. Manusia memiliki potensi untuk berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang perlu dimiliki oleh setiap orang. Melalui berpikir kritis ini, setiap orang dapat meningkatkan kemampuan bernalar dalam menghadapi permasalahan sehari-hari. Kemampuan berpikir kritis ini hendaknya Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidup melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Mata pelajaran fiqih tidak hanya berisikan pengetahuan dan pemahaman yang harus dihafal.

Dalam pembelajaran fiqih khususnya pada aspek muamalah penting sekali seorang guru memberikan contoh dan permasalahan yang sering dijumpai dalam lingkungan sekitar dan kehidupan sehari-hari. Namun, fakta di lapangan masih seringkali ditemukan mengenai pembelajaran fiqih yangmana pelaksanaannya masih sebatas penyampaian pengetahuan. Hal itu dapat dilihat dari metode pembelajaran yang digunakan yang masih cenderung menggunakan metode ceramah. Sehingga siswa tidak diberi kesempatan untuk mengembangakan kemampuan berpikirnya.

Guru tidak menyadari bahwa setiap manusia dibekali potensi kemampuan berpikir kritis, salah satunya melalui pembelajaran fiqih. Dalam pembelajaran fiqih siswa harus mengalami atau terlibat dalam proses tersebut, proses itu adalah proses belajar yang membuat siswa seolah-olah menemukan konsep sendiri dan siswa juga harus diberi kesempatan untuk melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda atau dilatih untuk berpikir kritis. Salah satunya melalui pemberian masalah atau soal terbuka yang mempunyai penyelesaian atau jawaban lebih dari satu. Model pembelajaran dengan pemberian soal terbuka ini cocok diterapkan pada aspek muamalah khususnya pada materi ketentuan dan hukum jual beli, qirad, riba, pinjam-meminjam, utang piutang, gadai, dan agunan serta upah. Karena pada materi tersebut dapat memunculkan jawaban yang berbeda-beda dan siswa dapat memperoleh jawaban tersebut berdasarkan pengalaman sekitar.

Melalui pemberian soal terbuka siswa diberi kebebasan penuh dalam memperoleh pengetahuan atau pengalaman menemukan, mengenali dan memecahkan masalah dengan beberapa penyelesiaan bahkan lebih dari satu jawaban. Salah satu langkah dalam pembelajaran ini adalah melalui diskusi kelompok untuk meyelesaikan soal terbuka. Diskusi kelompok ini akan melatih siswa dalam berinteraksi dengan siswa lainnya. Selain itu dengan berinteraksi, siswa akan melihat dan menilai bagaimana pendapat yang ditemukan oleh siswa lain dalam kelompoknya sehingga memacu siswa untuk berfikir tingkat tinggi.

Penjabaran di atas menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran questioning type open ended prolems dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa bila dibandingkan dengan pembelajaran yang hanya mengguanakan metode ceramah dan pemberian soal dengan satu jawaban. Model pembelajaran questioning type open ended prolemsjuga juga dapat meningkatkan dan melatih komunikasi siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Selain melatih siswa dalam berkomunikasi, model pembelajaran questioning type open ended prolems ini juga dapat membentuk keberanian siswa melalui penyampaian pendapat dari hasil diskusi kelompok.



Rujukan:
  1. M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997)
  2. Euis Karwati dan Doni Juni Priansa, Manajemen Kelas (Classroom Management) Guru Profesional yang Inspiratif, Kreatif, Menyenanagkan, dan Berprestasi, (Bandung: Alfabeta, 2014).
  3. Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Desain Pembelajaran (Instructional Design Principles), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012)
  4. David A. Jacobse, dkk, Methods for Teaching (Metode-metode Pengajaran Meningkatkan belajar siswa TK-SMA), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009
  5. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Prenada Media Group 2006
  6. Abdul Majid, Strategi Pembelajarn, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.



Subscribe to receive free email updates: