Teknik Pengendalian Diri

Advertisement
Jejak Pendidikan- Terdapat beberapa teknik pengendalian diri diantaranya :

1. Teknik Pengekangan dan Penunjang Fisik

Terdapat sebuah bentuk kontrol lain melalui pengekangan fisik yaitu keluar dari situasi ketika perilaku yang hendak dikendalikan mungkin akan terjadi. Semisal orang tua menghindari masalah dengan menjauhkan anak yang agresif dari anak-anak yang lain, dan orang dewasa mengontrol dirinya sendiri dengan cara yang sama. Ketika tidak mampu mengendalikan kemarahannya, dia pergi begitu saja. Perilaku ini mungkin tidak mengendalikan pola emosional secara keseluruhan tetapi ia benar-benar berhasil menghalangi bagian-bagian yang cenderung memiliki konsekuensi-konsekuensi serius.


2. Mengubah Stimulus

Secara singkat dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik pengendalian diri ini merupakan usaha seseorang yang mengubah dorongan-dorongan yang ada pada dirinya untuk mengubah keadaan dari yang tak diinginkan menuju keadaan seperti yang diharapkan, semisal kita menutup pintu atau jendela untuk menghilangkan suatu gangguan yang terjadi, atau kita menjauhkan sekotak permen agar kita tidak berlebihan memakannya. Kita menyingkirkan stimulus diskriminatif ketika kita berpaling dari stimulus yang mendorong tindakan aversi. Atau kita mungkin juga menghadirkan stimulus karena respons-respons yang dimunculkan atau akibat dari sesuatu hal yang kita inginkan.

3. Menderivasi dan Memuaskan Diri

Sebuah contoh ketika seseorang yang miskin memanfaatkan undangan makan malam dengan melewatkan makan siang maka dari itu ia menciptakan sebuah Depresiasi yang membuatnya akan makan Sangat banyak. Sebaliknya dia mungkin menjenuhkan dirinya Sebagian dengan makan siang sebelum pergi makan malam agar membuat perilaku makanya tidak mencolok. Ketika seorang tamu mempersiapkan dirinya untuk bertemu tuan rumah dengan meminum banyak air sebelum pergi ke sebuah pesta koktail, dia menggunakan kejenuhan diri (self-satiation) sebagai pengukur kendali.

4. Memanipulasi Kondisi Emosional

Yaitu sebuah teknik perilaku mencegah sikap emosional dengan memunculkan respons-respons yang bertentangan dengan stimulus yang ada, seperti kita menggigit lidah untuk menahan agar tidak tertawa saat dalam sebuah acara yang khidmah, atau sebuah dorongan perubahan emosional dalam diri kita untuk tujuan-tujuan pengendalian.

5. Menggunakan Stimulasi Aversi

Sebuah contoh ketika kita memasang alarm jam, kita tengah mengatur stimulus aversi yang kuat dan hanya bisa kita hindari dengan membangunkan diri kita. Dengan meletakkan jam itu di kamar, kita memastikan bahwa perilaku melarikan diri sepenuhnya akan membangunkan kita. Kita mengondisikan reaksi aversif dalam diri kita dengan menyandingkan dorongan-dorongan dengan cara yang tepat.

6. Obat-obatan

Teknik pengendalian ini menggunakan obat-obatan sebagai stimulus pengendali diri semacam anestesi, analgesik, dan soporifik guna menghilangkan rasa sakit ataupun mengalihkan stimulus yang tidak dapat dihilangkan dengan mudah. terdapat obat - obatan lain yang disalah gunakan pada pola-pola mencari kesenangan dan menghilangkan kejenuhan dengan mengonsumsi bahan terlarang dan menyalahgunakan obat-obatan tersebut dan tentunya itu sanggat bertentangan, dan bukan
merupakan teknik pengendalian.

7. Pengondisian Operan

Adalah di mana kita mengondisikan diri kita pada situasi tertentu guna menyesuaikan dengan keadaan atau lingkungan yang ada.

8. Hukuman

Yaitu sebuah tekanan atau pemunculan keadaan aversi yang ditimbulkan adanya keinginan untuk berubah atau akibat dari tuntutan perubahan lingkungan, seperti sebuah contoh seseorang yang gemuk menggunakan ikat pinggang dengan kencang yang di mana perilaku tersebut dapat secara langsung meningkatkan stimulus aversi terkondisikan dan tidak terkondisikan dalam tindakan makan berlebihan dan dapat memberikan penguatan otomatis berupa mengekang perilaku makan.

9. Melakukan Hal Lain

Yaitu suatu teknik pengendalian yang muncul di saat kita berada pada situasi yang tak kita inginkan atau pada bahasan yang tak ingin kita bahas dan kita ingin berpindah pada bahasan yang lain. Pengendalian diri tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor- banyak stimulus yang mampu membentuk sebuah pengendalian diri seperti yang telah dijelaskan di atas. 

Peran orang tua adalah menjadi pendidik bagi anak. mereka menjadi pemrogram awal. dengan memberikan hadiah dan hukuman secara arif, mereka dapat menenunkan fondasi yang baik dan kukuh bagi kehidupan anak. mereka bisa mengajarkan nikmatnya berdisiplin diri, kepuasan untuk tak selalu diperbudak oleh keinginan atau nafsu, dan sikap untuk secara tulus menghargai hak dan keselamatan orang lain, disiplin bagaikan tanggul-tanggul yang menjaga aliran sungai sampai ke muaranya. tanpa adanya tanggul, sungai menjadi sebuah rawa yang airnya hanya mengenang tak mengalir. tanggul pun tidak terbentuk dengan sendirinya, tetapi karena dibangun, dengan memeras keringat dan membanting tulang. begitu pun dengan kedisiplinan, tanggul pun harus senantiasa diperkuat untuk menjaga agar tidak bocor dan mengakibatkan kerusakan, disiplin kita juga bisa bocor, besar atau kelinya kebocoran itu kita harus senantiasa memperbaikinya dan terus memperkuatnya seiring bertambahnya waktu.

Pembentukan kedisiplinan tak terlepas dari adanya hukuman, terkadang menjalani sebuah aturan itu sanggatlah berat adanya keinginan untuk hidup bebas lah yang mengakibatkan aturan menjadi sanggat sulit untuk dijalani, merasa terkekang dan bosan atau hal lainnya sering muncul, dan jika itu terus dibiarkan maka individu tersebut tak akan pernah menyadari adanya aturan pada setiap lini kehidupan, ia tak bisa belajar menghargai hak orang lain, tak menyadari bahwa ada banyak orang di sekitarnya yang juga memiliki batasanbatasan untuk menjaga hidup ini tetap harmonis, seperti tanggul yang menjaga air tetap mengalir sesuai pada alur sungai, kesadaran pada individu tentang kemampuan kontrol atas dirinya sendiri itulah yang acap kali tak terlihat atau tak tergali, dengan adanya aturan, sikap-sikap kedisiplinan atau penanaman budaya-budaya luhur pada lingkungan sekitar sekiranya mampu untuk membangkitkan kesadaran diri atas semua hal yang ada pada dirinya termasuk perilaku dan kepribadian individu itu sendiri.


Rujukan:

Khlm.al A. Khavari, The Art Of Happines, Serambi ilmu semesta, jakarta, 2006.

Subscribe to receive free email updates: