Tujuan Pendidikan Pranatal

Advertisement
Jejak PendidikanDalam perspektif Islam, menurut Abu Amr Ahmad Sulaiman dalam bukunya Minhaj ath-Thifli al-Muslim fi Dhou’I al-Kitab wa as-Shunnah yang menyatakan bahwa : 
Tujuan pendidikan anak secara umum adalah usaha mencari keridhaan Allah Swt, dan usaha untuk mendapatkan surga-Nya, keselamatan dari neraka-Nya, serta mengharapkan pahala dan balasan-Nya. Oleh karena itu, pendidikan anak dalam kandungan harus mendorong semua aspek tersebut kearah keutamaan serta pencapaian semua kesempurnaan hidup berdasarkan nilai-nilai Islam. 

Dan begitu juga dalam program dan langkah-langkah pendidikan anak dalam kandungan hendaklah diarahkan kepada tujuan, antara lain:
  1. Mereflesikan nilai-nilai ajaran agama, sosial, budaya dan ilmu pengetahuan yang dimiliki orang tuanya dan sekaligus mengajak bersama anak dalam kandungannya melakukan refleksasi nilai-nilai tersebut.
  2. Melatih kecenderungan anak dalam kandungan tentang nilai-nilai tersebut di atas, dan sekaligus melatih keterampilan amaliah sesuai yang diajarkannya, setelah ia dilahirkan dan dewasa nanti.
  3. Melatih kekuatan dan potensi fisik dan psikis anak dalam kandungan.
  4. Membangun prakesadaran bahasa dan komunikasi (antara anak dalam kandungan dan orang di luar rahim/ orang tua atau lainnya).
  5. Meningkatkan rentang konsentrasi, kepekaan, dan kecerdasan anak dalam kandungan.



Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dalam bidang perkembangan pralahir menunjukkan bahwa selama berada dalam Rahim, anak dapat belajar merasa, dan mengetahui perbedaan antara gelap dan terang. Pada saat kandungan itu telah berusia lima bulan atau setara dengan 20 minggu, kemampuan anak dalam kandungan untuk merasakan stimulus telah berkembang dengan cukup baik sehingga proses pendidikan dan belajar dapat dimulai atau dilakukan.

Kemudian para ilmuwan bidang pendidikan anak dalam kandungan juga telah banyak melakukan riset baru dan riset ulang secara kontinu dengan membuat langkah-langkah dan metode baru mengenai praktik pendidikan pralahir. Mereka telah menemukan banyak hal, diantaranya adalah peningkatan kecerdasan otak bayi, keyakinan lestari pada anak saat tumbuh dan berkembang dewasa nanti, keseimbangan komunikasi lebih baik antara anak-anak (yang telah mengikuti program pendidikan pralahir) dengan orang tuanya , anggota keluarganya dan atau dengan lingkungannya dibanding dengan teman-temannya yang tidak mengikuti program pendidikan pralahir.

Berikut ini beberapa laporan yang sangat mengembirakan bagi dunia pendidikan anak khususnya dari F. Rene Van de Carr dan Marc Lehrer, Ph.D. bahwa The American Assosiation of the Advancement of Science pada tahun 1996 telah merangkum hasil penelitian sejumlah ilmuwan dalam bidang stimulasi pralahir dan bayi, antara lain sebagai berikut:
  1. Dr. Craig dari University of Alabama menunjukkan bahwa program-program stimulasi dini meningkatkan nilai tes kecerdasan dalam pelajaran utama pada semua anak yang diteliti dari masa bayi hingga usia 15 tahun. Anak-anak tersebut mencapai kecerdasan 15 hingga 30 persen lebih tinggi.
  2. Dr. Marion Cleves Diamond dari University of California, Berkeley, AS melakukan eksperimen bertahun-tahun dan mendapatkan hasil yang sama berulang-ulang bahwa tikus yang diberi stimulasi tidak hanya mengembangkan percabangan sel otak lebih banyak dan daerah kortikal otak yang tebal, tetapi juga lebih cerdas dan lebih terampil bersosialisasi dengan tikus-tikus lain.


Selain itu menurut F. Rene Van de Carr dkk bahwa The Prenatal Enrichment Unit di Hua Chiew General Hospital, di Bangkok Thailand yang dipimpin Dr. C. Panthura amphorn, telah melakukan penelitian yang sama terhadap bayi pralahir. Dan hasilnya disimpulkan bahwa bayi yang diberi stimulasi pralahir cepat mahir bicara, menirukan suara, menyebutkan kata pertama, tersenyum secara spontan, mampu menoleh kearah suara orang tuanya, lebih tanggap terhadap music dan juga mengembangkan pola social lebih baik saat dewasa.

F. Rene Van de Carr, M.D., dkk., telah lama melakukan penelitian ini, kurang lebih sejak 22 tahun yang lalu. Menurut pandangannya, penelitian tersebut menunjukkan beberapa hal berikut ini pada bayi-bayi yang mendapatkan stimulus pralahir.
  1. Tampaknya ada suatu masa kritis dalam perkembangan bayi yang dimulai pada sekitar usia lima bulan sebelum dilahirkan dan berlanjut hingga dua tahun ketika stimulasi otak dan latihan-latihan intelektual dapat meningkatkan kemampuan bayi.
  2. Stimulasi pralahir dapat membantu mengembangkan orientasi dan keefektifan bayi dalam mengatasi dunia luar setelah ia dilahirkan.
  3. Bayi-bayi yang mendapat stimulus pralahir dapat lebih mampu mengontrol gerakan-gerakan mereka. Selain itu, mereka juga lebih siap menjelajahi dan mempelajari lingkungan setelah dilahirkan.
  4. Para orang tua yang telah berpartisipasi dalam program pendidikan pralahir menggambarkan anak mereka lebih tenang, waspada dan bahagia.


 Rujukan:
  1. Muhammad Ali Hasyimi, Kepribadian Wanita Muslimah Menurut Al-Qur’an dan As-Shunnah, (Jakarta : Akademika Pressindo, 1997),
  2. Abu Amr Sulaiman, Minhaj ath-Thifli al-Muslim fi Dhou’I al-Kitab wa as-Shunnah, Terj. Ahmad Amin Sjihab, Lc. (Jakarta : Darul Haq, 1430 H / 2009 M).

Subscribe to receive free email updates: