Pengertian pendidikan Pranatal

Advertisement
Jejak Pendidikan- Pendidikan Pranatal berasal dari kata Pendidikan dan Pranatal. Kata Pendidikan adalah kata jadian dari kata didik, yang mendapat imbuhan pen- dan -an. Kata didik mengandung banyak arti, antara lain pelihara, bina, latih, asuh, dan ajar. Dengan adanya proses tambahan (awalan dan akhiran) tersebut akan memberikan pemahaman dan pengertian yang lebih luas, kompleks, sistematis dan filosofis.

Secara terminologis, pengertian pendidikan sangatlah luas dan universal, sebagaimana yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara, beliau telah menjelaskan tentang pengertian pendidikan sebagai berikut :
Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Pengertian pendidikan Pranatal

Secara umum pranatal berasal dari kata pra yang berarti sebelum dan natal berarti lahir, jadi pranatal adalah sebelum kelahiran, yang berkaitan atau keadaan sebelum melahirkan. Dengan pengertian itu bila dikaitkan dengan psikologi dimana psikologi itu mempelajari pikiran, perasaan, kehendak dan gejala campuran. Adapun yang termasuk gejala campuran ini disebut intelegensi, kelelahan maupun sugesti.

Bila mengacu pengertian itu berarti pendidikan pranatal sudah dimulai sejak pemilihan jodoh dimana seseorang dalam memilih pasangan dengan cara memperhatikan pilihannya misalnya memperhatikan tingkat kecerdasan, kepribadian dan sebagainya atau istilah zaman sekarang “pacaran”. Hal itu sangat berguna untuk mengetahui identitas masing-masing, untuk mengetahui sifatnya, tingkah lakunya, agar setelah mempunyai anak, nantinya menjadi sehat yang dipersiapkan sejak dalam kandungan.

Jika dihubungkan pengertian pendidikan seperti yang diuraikan di atas, maka pendidikan anak dalam kandungan adalah usaha sadar orang tua (suami-istri) untuk mendidik anaknya yang masih dalam kandungan istri. Usaha sadar disini khusus ditujukan kepada dan dipikul oleh kedua orang tua karena anak dalam kandungan (Pranatal) memang belum mungkin dididik, apalagi diajar kecuali oleh orang tuanya sendiri.

Lalu apakah anak dalam kandungan benar-benar dapat belajar atau mempelajari kata-kata yang diucapkan oleh sang pendidik atau orang tuanya? Maka F.Rene Van de Carr, M.D menjawabnya “Ya”, tetapi hal tersebut tidak dilakukan dengan cara seperti orang dewasa. Jika ia mempelajari kata-kata, maka ia dapat mengulanginya, mengenalinya dalam tulisan, memodifikasinya agar ia dapat berbicara dengan baik dan benar, dan menggunakannya dalam kalimat. Proses pemikiran ini menunjukkan bahwa ia memahami kata-kata tersebut. hal ini berbeda dengan anak dalam kandungan, cara belajarnya jauh lebih mendasar.

Ketika orang tuanya (khususnya ibu) mengajarkan kata-kata kepada bayi dalam kandungannya, ia hanya mendengarkan bunyinya sambil mengalami sensasi tertentu. Misalnya tatkala si ibu mengajarkan “tepuk” anak dalam kandungan mendengar bunyi “t-e-p-u-k”, Karena pada saat yang bersamaan si ibu menepuk perutnya. Kombinasi bunyi dan pengalaman ini memberi kesempatan bagi anak dalam kandungan untuk belajar memahami hubungan tentang bunyi dan sensasi pada tigkat pengenalan preverbal.

Cassimir menyatakan bahwa bayi yang yang masih dalam kandungan kurang lebih selama Sembilan bulan itu telah dapat diselidiki dan dididik melalui ibunya. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa perilaku-perilaku ibu waktu hamil menggambarkan anak dalam kandungan, jika sang ibu berperilaku mendidik dirinya dan anaknya dalam kandungan, maka anak yang dikandungnya sampai lahir ke dunia akan melanjutkan pendidikan dan perkembangannya dengan baik.

Mengingat betapa pentingnya pendidikan anak di masa depan sebagai investasi unggul untuk melanjutkan kelestarian peradaban sebagai penerus bangsa. Untuk memperoleh investasi unggul pada anak-anak maka perlu diperhatikan pendidikan dan perkembangan anak sejak dalam kandungan. Dengan harapan ibu-ibu hamil selalu memperhatikannya, sebab masa dalam kandungan atau sebelum lahir (Pranatal) adalah dasar untuk perkembangan selanjutnya (Postnatal). Seorang ibu yang sedang hamil merupakan pusat pertumbuhan bayi, dengan demikian si ibu memegang peranan penting terhadap pertumbuhan anak tersebut.

Namun, realitasnya banyak ibu yang tidak dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik di dalam keluarga karena ibu tidak pernah tahu bagaimana mendidik anaknya dengan baik. Seperti sibuk dalam karirnya hingga terkadang menyerahkan tanggung jawab terbesar kepada pihak sekolah atau kepada pengasuh anak-anak yang bisa jadi “kurang berkualitas” atau bisa jadi disebakan karena menyerah dengan segala tanggung jawab disebabkan kurangnya pengetahuan. Oleh karena itu perlunya pendidikan bagi seorang ibu agar tidak terjadi hal demikian.

Hal ini pun terkait dalam bukunya Awaludin Habiburrahman yang berjudul Terbaik buat Anakku yang mengatakan bahwa:
Ibu adalah ujung tombak dari tanggung jawab mendidik anak-anaknya sehingga dapat dikatakan bahwa baik atau buruk warna seorang anak sebagian besar dipengaruhi oleh baik atau buruk warna kepribadian ibunya. Sehingga ibu yang sadar akan fungsinya yang menentukan masa depan anaknya akan berusaha sekuat tenaganya untuk menjadi ibu yang muslimah atau shalihah bagi anak-anaknya.

Sebagaimana dalam buku Muhammad Ali Hasyimi dengan judul Kepribadian Wanita Muslimah Menurut Al-Quran dan As-Shunnah bahwa:

Seorang penyair ternama Hafiz Ibrahim mengungkapkan sebagai berikut :
Ibu adalah madrasah (sekolah), bila engkau menyiapkannya berarti engkau menyiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya. Oleh karena itu, sosok ibu haruslah yang memiliki perilaku, sikap, yang baik. Menjadi sosok panutan bagi anak-anaknya, karena ini memiliki dampak besar dalam pertumbuhan dan kehidupan si anak kelak.


Rujukan:
  1. HM Arifin, Hubungan Timbal Balik pendidikan Agama di lingkungan Sekolah dan Keluarga, (Jakarta : Bulan Bintang).
  2. Zakiyah Darajat, ketenangan dan kebahagiaan dalam keluarga (Jakarta : Bulan Bintang, 1975) .
  3. Dea Rachmawati, Pendidikan Agama Pada Anak Sejak Dini (Jurnal tentang Pendidikan Anak, 2015).
  4. Dep. P. & K., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1997).
  5. Ubes Nur Islam, Mendidik anak dalam kandungan (Jakarta : Gema Insani, 2003).
  6. Mansur, mendidik anak sejak dalam kandungan, (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2009),
  7.  Awaluddin Habiburahman, Terbaik Buat Anakku, Jakarta : Pustaka Group, 2009


Subscribe to receive free email updates: