Strategi Pencapaian Kompetensi Kepribadian Guru Menurut Kitab At-Tibyan Fi Adabi Hamalah Al-Qur’an Karya Abu Zakariya Yahya Bin Syaraf An-Nawawi

Advertisement
Jejak PendidikanAda lima indikator yang menunjukan keberhasilan guru dalam bidang kompetensi kepribadian sebagai berikut:
  1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
  2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
  3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantab, stabil, dewasa, arif dan berwibawa.
  4. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri.
  5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.


Indikator yang menunjukan keberhasilan seorang guru untuk mencapai kompetensi kepribadian telah dijelaskan di atas. Agar mencapai indikator yang telah ditentukan, terdapat strategi menurut An-Nawawi dalam kitab at-tibyan fi adabi hamalah al-qur’an. Penguasaan kompetensi guru dapat dicapai dengan beberapa strategi.

Beberapa ungkapan yang di paparkan oleh An-Nawawi didalamnya terdapat makna tersirat mengenai strategi pencapaian kompetensi kepribadian, yaitu:
  1. Berniat Mengharap Ridha Allah
  2. Tidak Mengharap Hasil Duniawi
  3. Waspadai Sifat Sombong
  4. Menghiasi Diri Dari Akhlak Terpuji


Keempat kompetensi kepribadian guru menurut An-Nawawi dapat ditarik ulur dengan indikator yang menunjukan keberhasilan guru dalam bidang kompetensi kepribadian. Keempat hal ini harus dimiliki oleh seorang guru agar dapat mencapai kompetensi kepribadian guru sesuai indikator.

Seperti halnya niat mengharap ridho Allah, bersamaan dengan itu untuk mengharapkan ridho Allah dengan membangun dan menanamkan prinsip mengikhlaskan ilmu dan amal untuk Allah. Berniat mengharap ridho Allah merupakan proses guru dalam pencapaian kompetensi kepribadian guru. Menurut indikator yang menunjukan keberhasilan guru untuk mencapai kepribadian guru semua harus diawali dengan niat dan mengharap ridho kepada Allah untuk menunjang keberhasilan seorang guru.

Hal ini An-Nawawi bukan hanya menuliskan di dalam kitabnya, akan tetapi An-Nawawi sendiri telah menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi kepribadian dan mencapainya dengan melihat bahwa pribadi guru tersebut benar-benar mengajar dengan meniatkan untuk mengamalkannya bukan semata-mata mengharapkan sesuatu yang lain.

Selain itu, ‘Athiyah al-Abrasy mengungkapkan bahwa seorang guru harus memiliki sifat zuhud dengan melaksanakan tugasnya bukan semata-mata karena materi, tetapi karena mencari keridhaan Allah Swt. Seorang pendidik hendaknya bersih fisiknya dari segala macam kotoran dan bersih jiwanya dari segala macam sifat tercela serta tidak riya’ dalam melaksanakan tugasnya.

An-Nawawi memberikan kriteria seorang guru yang mempunyai kepribadian yang baik, seperti halnya tidak menomorsatukan hasil duniawi agar guru dapat fokus mentransfer ilmu kepada muridnya, sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai. Jika guru menomorsatukan hasil dunia maka tidak dapat memenuhi kriteria yang menunjukan keberhasilan guru dalam bidang kompetensi kepribadian yang menjunjung kode etik profesi guru. Oleh karena itu dengan memiliki pribadi ini akan mengantarkan seorang guru menjadi pribadi yang baik sesuai dengan kompetensi kepribadian guru yang seharusnya.

Guru hendaknya waspada dari sifat sombong, menghindari sifat sombong dan rasa tidak suka jika muridnya berguru kepada orang lain termasuk salah satu pencapaian pribadi seorang guru. Dengan memiliki pribadi ini seorang murid akan bersikap ta’dim atau mengagungkan guru tersebut.

Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri merupakan indikator yang menunjukan keberhasilan guru dalam kompetensi kepribadian. Akan tetapi, sebelum pencapaian itu harus memiliki pribadi yang tidak sombong. Jika memiliki sifat sombong akan hancur semua ilmu yang dimiliki, karena seorang murid melihat keseluruhan seorang guru termasuk jika guru tersebut mengajar dengan berbangga diri. Sebagaimana dalam Firman Allah:
Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri”(QS. Luqman: 18)

Sesungguhnya Allah tidak menyukai sifat sombong. Terutama jika sifat itu dimiliki oleh seorang guru, maka seorang guru tidak diperkenankan memiliki pribadi yang sombong agar memenuhi kompetensi kepribadian guru menurut Undang-Undang yang berlaku.

Tidak diragukan lagi bahwa kata yang baik dan tutur bahasa yang bagus mampu memberikan pengaruh di jiwa, mendamaikan hati serta menghilangkan dengki dan dendam dari dada. Demikian juga raut wajah yang tampak dari sorang pengajar, ia mampu menciptakan umpan balik positif atau negatif pada siswa, karena wajah yang riang dan berseri merupakan sesuatu yang disenangi dan disukai jiwa.

Menghiasi dengan akhlak terpuji bukan hanya dari tutur kata, akan tetapi dengan perbuatan seperti menampakan kegembiraan tanpa melampaui batas kesopanan, kebijaksanaan, kesabaran, besar hati terhadap rendahnya pendapatan dengan membiasakan wara’, khusuk, tenang, randah hati, serta tunduk.

Dengan menghiasi diri dengan akhlak terpuji telah mencakupi lima indikator untuk memenuhi keberhasilan seorang guru mengenai kompetensi kepribadian. Semua akan tercapai jika seorang guru memiliki akhlak terpuji. Menurut Pendidikan Nasional yang bermutu diarahkan untuk pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Menurut beberapa ungkapan ulama salaf semua mengatakan bahwa dengan menghiasi diri dengan akhlak terpuji merupakan suatu yang paling utama yang harus dimiliki oleh seorang guru. Jika ingin mencapai kompetensi kepribadian guru, maka hal ini yang pertama kali harus dimiliki oleh seorang guru.

Menurut Ibnu Sahnun berakhlak mulia bagi guru agama Islam yakni mampu berperilaku sesuai dengan prinsip agama Islam, dan untuk itu maka sebelumnya ia harus mampu menguasai pedoman umat Islam (Al-Qur’an), memahami, mengaktualisasi, dan mengajarkannya kepada peserta didik. Indikator yang menunjukan keberhasilan seorang guru untuk mencapai kompetensi kepribadian, semua dapat dicapai dengan diawali dengan menerapkan dan menanamkan pribadi menurut An-Nawawi.

Rujukan: 
BSNP, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta, 2006).

Subscribe to receive free email updates: