Strategi Guru dalam Menghadapi Gaya Belajar Siswa

Advertisement
Jejak Pendidikan- Hampir lima belas tahun yang lalu, dua orang peneliti otak dan pendidik pernah menyatakan bahwa proses belajar yang paling penting adalah dengan meniadakan ancaman, mengkolaborasikan strategi-strategi pengajaran multidimensi, pengalaman-pengalaman dalam kehidupan nyata, dan pemahaman tentang penghalang-penghalang belajar secara cermat.

Mereka mengungkapkan beberapa rahasia penelitian otak yang sesuai dengan belajar dan mengajar, yakni:

  1. Belajar melibatkan seluruh sistem tubuh.
  2. Kita memproses banyak fungsi secara simultan.
  3. Kebutuhan untuk mendapatkan alasan logis dari pengalaman kita sudah menjadi sifat bawaan manusia.
  4. Kita belajar dari apa yang kita alami dan apa yang diberitahukan kepada kita.
  5. Emosi tidak bisa dipisahkan dari proses berpikir dan sangat penting bagi ingatan.
  6. Kita menyerap semua informasi, baik sambil lalu maupun terfokus.
  7. Kita akan belajar dengan lebih baik apabila ditantang tetapi tidak merasa terancam.
  8. Semua indra dan emosi-emosi dasar terintegrasi secara berbeda-beda pada setiap individu dalam diri kita adalah unik.
    Strategi Guru dalam Menghadapi Gaya Belajar Siswa

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan strategi dalam menghadapi gaya belajar terhadap kegiatan pembelajaran yang diterapkan siswa, yakni:

  1. Memberitahukan kepada para siswa tentang cara memanfaatkan kekuatan gaya belajar mereka secara mandiri demi kepentingan mereka sendiri ketika belajar di rumah, di sekolah, maupun di tempat lain.
  2. Secara rutin memberi pilihan-pilihan kegiatan yang melibatkan karakter visual, auditori, taktil, dan kinestetik.
  3. Menyusun rencana-rencana pembelajaran dan kegiatan-kegiatan sehingga semua siswa merasa aman dalam lingkungannya, sebagian besar waktu mereka dalam belajar sesuai dengan gaya belajar mereka sekaligus juga berusaha memperluas fleksibelitas mereka pada waktu yang lain.
  4. Memasukkan kedua gaya pemrosesan otak, yakni holistis/global dan analitis ke dalam gaya belajar dan ekspresi diri.
  5. Melekatkan pengajaran materi baru ke dalam seluruh indra, emosi, dan pengalaman konkret.
  6. Membantu siswa untuk memahami gaya belajarnya sendiri dan mengenal bahwa semua gaya belajar adalah normal, sah, dan sama berharganya.
  7. Mengajarkan cara menghargai kompleksitas, potensi, dan keunikan setiap manusia.


Rujukan:
Barbara Prashing, The Power of Learning Styles, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2007).

Subscribe to receive free email updates: