Konsep Guru (Pendidik) Perspektif Ibnu Sina

Advertisement
Jejak PendidikanGuru memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan. Keberadaan guru secara langsung akan mempengaruhi anak didiknya. Oleh karena itu konsep seorang guru haruslah baik dan ideal. Menurut Ibn Sina guru yang baik dan ideal adalah guru yang berakal cerdas, beragama, mengetahui cara mendidik akhlak, cakap dalam mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari berolok-olok dan main-main di hadapan muridnya, tidak bermuka masam, sopan santun, bersih dan suci.

Kemudian Ibn Sina juga menambahkan bahwa seorang guru itu sebaiknya dari kaum pria yang terhormat dan menonjol budi pekertinya, cerdas, teliti, sabar, telaten dalam membimbing anak-anak, adil, hemat dalam menggunakan waktu, gemar bergaul dengan anak-anak, tidak keras hati dan senantiasa menghias diri. Selain itu guru harus mengutamakan kepentingan umat daripada kepentingan diri sendiri, menjauhkan diri dari meniru sifat raja dan orang-orang yang berakhlak rendah, mengetahui etika dalam majelis ilmu, sopan dan santu dalam berdebat, berdiskusi dan bergaul.

baca juga (Biografi Ibnu Sina)

Ibn Sina juga menekankan agar seorang guru tidak hanya mengajarkan ilmu dari segi teoritis saja kepada anak didiknya, melainkan juga melatih segi keterampilan, mengubah budi pekerti dan kebebasan anak didik dalam berfikir. Ibn Sina menekankan adanya perhatian yang seimbang antara aspek penalaran (kognitif) yang diwujudkan dalam pelajaran bersifat pemahaman; aspek penghayatan (afektif) yang diwujudkan dalam pelajaran bersifat perasaan; dan aspek pengamalan (psikomotor) yang diwujudkan daalam pelajaran praktik.


konsep guru (pendidik) Perspektif Ibnu SinaSedangkan hal yang berkaitan dengan pemberian pelajaran, seorang guru hendaknya memberikan cara pengajaran yang pertengahan, seorang guru juga jangan menampilkan sikap yang menyebabkan anak didik tidak terdorong untuk mengajukan pertanyaan atau meminta menjelaskan sesuatu, dan tidak juga memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menjadi anak yang kurang ajar dan tidak memberikan perhatian terhadap guru dan pelajaran.

baca juga (Karya-karya Ibnu Sina)

Seorang guru harus mempelajari anak didik dengan hati-hati, melatih bakat, dan temperamennya dan mengetes kecerdasan yang memungkinkan ia dapat pekerjaan yang memungkinkan ia dapat menggunakan bakat, pembawaan dan kecerdasan. Seorang anak juga jangan dibiarkan membaca semua masalah sendirian yang menyebabkan ia merasa tertekan dan tidak bahagia. Seorang guru harus banyak menyertai para anak didik sepanjang dengan berhubungan penghormatan kepada keluarganya.
Ibn Sina sangat menganjurkan sekali agar para pendidik dapat memahami minat dan menjadikannya dasar untuk membimbing dan mendidik mereka. Adapun kriteria guru yang baik menurut Ibn Sina adalah guru yang memiliki wawasan keagamaan dan etika (Dha’din wa khuluq), kepribadian yang kokoh, kecerdasan dan retorika yang baik (Labib wa Huluw Al-Hadith) dan kegiatan dalam memilih metode yang pas bagi pendidikan anak serta mempunyai kompetensi profesional di dalam pembentukan kepribadian anak didik.

Seorang guru harus mampu memverifikasi soft skill yang layak dikonsumsi oleh anak didik. Kompetensi dasar anak didik kiranya harus menjadi orientasi pertama pelaksanaan proses pembelajaran atau pendidikan, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibn Sina:
Sebaiknya guru ketika memilih materi pelajaran (ketrampilan dan keahlian) harus terlebih dahulu mementingkan tabi’at, mengukur atau menguji potensi, dan menguji kecerdasan si anak. Juga perlu dipertimbangkan apakah metode, alat dan strategi pembelajaran yang digunakan sudah sesuai ataukah belum, apakah semua itu mampu memobilisasi potensi anak didik ataukah tidak, apakah semua itu mendekatkan diri anak pada kesuksesan ataukah justru menjauhkannya.

Jadi Ibn Sina sangat memperhatikan pentingnya kompetensi anak didik dalam pembelajaran atau pendidikan. Namun, verifikasi kompetensi, anak didik tidak sepenuhnya tanggung jawab guru, orang tua juga bertanggung jawab untuk memilih program studi/institusi pendidikan yang sesuai dengan minat, bakat dan kebutuhan mendasar anak-anaknya. Dan yang paling penting untuk diperhatikan oleh orang tua adalah minat si anak tersebut.

Ibn Sina mendeskripsikan keluarga itu seharusnya menjadi taman pendidikan pertama dan utama bagi anaknya. Karena itu, orang tua sebaiknya memahami apa yang sebetulnya dibutuhkan anak-anak mereka selain itu orang tua juga harus bisa menularkan nilai-nilai sosial seperti rasa belas kasih (Cofession) dan empati terhadap orang lain. Caranya adalah dengan melakukan sering atau berbagai pengalaman yang dapat dilakukan secara informal ataupun dengan cara bermain di rumah. Para orang tua seringkali salah dalam menilai atau mengawasi anak-anaknya, padahal langkah tersebut bukan membuat anak-anak bahagia karena diperhatikan orang tuanya.

Sebaliknya, anak merasa terkekang sehingga malah menimbulkan sesuatu yang justru jauh dari harapan orang tuanya. Jika diamati secara seksama, tampak bahwa potret guru yang dikehendaki oleh Ibn Sina adalah guru yang lebih lengkap dari potret guru yang dikemukakan para ahli sebelumnya. Dalam pendapatnya itu, Ibn Sina selain menekankan unsur kompetensi atau kecakapan dalam mengajar, juga berkepribadian yang baik. Dengan kompetensi itu, seorang guru dapat mencerdaskan anak didiknya dengan berbagai pengetahuan yang diajarkannya dengan akhlak ia akan dapat membina mental dan akhlak anak.

Guru seperti itu, tampaknya diangkat dari sifat dan kepribadian yang terdapat pada Ibn Sina sendiri yang selain mempunyai kompetensi akhlak yang baik, juga memiliki kecerdasan dan keluasan ilmu.


Bahan Rujukan:

Ziauddin Alavi, Pemikiran Pendidikan Islam pada Abad Klasik dan Pertengahan (Bandung: Angkasa, 2003).

Subscribe to receive free email updates: