Teori Motivasi

Advertisement
Jejak pendidikan- pada halaman sebelumnya penulis telah menjelaskan tentang pengertian motivasi belajar. Maka pada halaman ini penulis akan menguraikan tentang teori motivasi belajar. Bila dilihat maka teori motivasi belajar terdiri dari 5 teori, yaitu teori kebutuhan, teori Reaksi Yang Dipelajari, teori naluri, teori hedonisme dan Daya Pendorong. Berikut penjelasannya:


Teori Kebutuhan
Teori ini yang sekarang banyak dianut, teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Oleh karena itu, apabila pendidik ingin memberikan motivasi kepada peserta didik hendaknya mengetahui apa kebutuhan orang yang akan dimotivasinya.[1]

Sedangkan menurut Abraham Maslaw yang dikutip oleh Nana Syaodih Sukmadinata membagi kebutuhan pokok manusia dalam lima tingkatan, kelima tingkatan inilah yang kemudian dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia.
  1.  Kebutuhan fisiologis yaitu dorongan-dorongan untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah, seperti kebutuhan makan, minum, bergerak, bernafas dan lain-lain.
  2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan, yaitu dorongan-dorongan untuk menjaga / melindungi diri dari gangguan, baik gangguan alam, binatang, iklim maupun manusia.
  3. Kebutuhan sosial yaitu motif untuk membina hubungan baik kasih sayang, persaudaraan baik dengan jenis kelamin yang berbeda maupun yang sama.
  4. Kebutuhan akan penghargaan yaitu motif yang mendapatkan pengenalan, pengakuan, penghargaan, penghormatan dari orang lain.
  5. Kebutuhan akan aktualisasi diri, manusia mempunyai potensi yang dibawa sejak lahir dan kodratnya sebagai manusia. Potensi dan kodrat tersebut perlu diaktualkan / dinyatakan dalam berbagai bentuk sifat, kemampuan dan kecakapan nyata. Melalui berbagai bentuk upaya belajar dan pengalaman individu berusaha mengaktualkan semua potensi yang dimilikinya.


Teori Reaksi Yang Dipelajari
Teori reaksi yang dipelajari disebut juga teori lingkungan kebudayaan. Menurut teori ini tindakan atau perilaku manusia berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat ia tinggal jadi tidak berdasarkan naluri. Jadi apabila seorang pendidik akan memotivasi anak didiknya hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan anak didik tersebut.

Teori Naluri
Pada dasarnya manusia mempunyai 3 dorongan nafsu pokok atau yang disebut naluri yaitu naluri mempertahankan diri, mengembangkan diri dan mengembangkan / mempertahankan jenis.

Kebiasaan atau tindakan-tindakan tingkah laku manusia sehari-hari pada hakikatnya mendapat dorongan dari ketiga naluri di atas. Oleh karena itu, menurut teori ini untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan.

Contoh dari teori naluri adalah seorang peserta didik yang terdorong untuk berkelahi karena dianggap temannya bodoh (naluri mempertahankan diri), agar peserta didik tersebut tidak berkembang menjadi anak nakal yang suka berkelahi maka perlu diberi motivasi, yaitu dengan menyediakan situasi yang dapat mendorongnya rajin belajar sehingga dapat setara dengan teman-teman sekelasnya (naluri mengembangkan diri).

Teori Hedonisme
Hedonisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama manusia adalah mencapai kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi. Implikasi dari teori ini adalah adanya anggapan bahwa semua orang akan cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan, atau yang mengandung resiko berat dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan baginya.

Contoh teori hedonisme adalah peserta didik di suatu kelas merasa gembira dan bertepuk tangan mendengar bahwa guru PAI mereka tidak dapat mengajar karena sakit. Menurut teori ini para peserta didik tersebut harus diberi motivasi belajar yang tepat agar mereka tidak malas belajar dan hanya memenuhi kesenangannya.

Teori Daya Pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara “teori naluri” dan “teori reaksi yang dipelajari”. Daya pendorong adalah semacam naluri tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Menurut teori ini bila seorang pendidik ingin memotivasi anak didiknya harus berdasarkan atas daya pendorong, yaitu naluri dan reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya.



[1]Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 74.

Subscribe to receive free email updates: