Munasabah Surat Ali Imran Ayat 190 dan 191

Advertisement
Jejak Pendidikan- Kata munasabah secara etimologis berasal dari kata nasaba yang bersinonim dengan al-Qarabah yang berarti dekat.Kata munasabah secara harfiah mempunyai arti al-Muqarabah (kedekatan) dan al-Musyakalah (kemiripan). Sedangkan, ilmu munasabah merupakan suatu ilmu yang mempelajari hubungan antara satu ayat dengan ayat lain atau antara satu surat dengan surat lain sebagaimana urutannya telah tersusun dalam Al-Quran.

Kelompok ayat ini merupakan penutup surat Ali Imran. Ayat ini memiliki keterkaitan dengan ayat sebelumnya, yakni ayat 189:
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu.
Ayat yang lalu menyebutkan keburukan-keburukan orang Yahudi, dan menegaskan bahwa langit dan bumi milik Allah, maka dalam ayat-ayat ini Allah menganjurkan untuk mengenal sifat-sifat keagungan, kemuliaan dan kebesaran Allah. Ayat ini menegaskan kepemilikan Allah SWT atas alam raya,apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah. Allah Maha Kaya, Maha Perkasa atas segala sesuatu.

Pada ayat 190-191 Allah menguraikan sekelumit dari penciptaan-Nya serta memerintahkan agar memikirkannya. Apalagi seperti dikemukakan pada awal uraian surat ini bahwa tujuan surat Ali Imran adalah membuktikan tentang tauhid, keesaan, dan kekuasaan Allah SWT. Hukum-hukum alam yang melahirkan kebiasaan-kebiasaan, pada hakikatnya ditetapkan dan diatur oleh Allah Yang Mahahidup lagi Qayyum (Maha Menguasai dan Maha Mengelola segala sesuatu).

Selain dengan ayat sebelumnya, Surat Ali Imran ayat 190-191 juga memiliki keterkaitan dengan ayat setelahnya yaitu 192-194.
Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, Maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", Maka Kamipun beriman. Ya Tuhan Kami, ampunilah bagi Kami dosa-dosa Kami dan hapuskanlah dari Kami kesalahan-kesalahan Kami, dan wafatkanlah Kami beserta orang-orang yang banyak berbakti.Ya Tuhan Kami, berilah Kami apa yang telah Engkau janjikan kepada Kami dengan perantaraan Rasul-rasul Engkau. dan janganlah Engkau hinakan Kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji."

Dalam ayat tersebut dijelaskan mengenai pengakuan atas kebesaran Allah, mereka yang mengerti dan paham ajaran agama memohon agar dihindarkan dari siksa neraka.Doa saja belum cukup untuk dapat terhindar dari siksa neraka sebab kedurhakaan, melainkan dengan ketulusan dan dibarengi usaha sadar terus menerus untuk menjadi makhluk yang baik dan taat terhadap perintah Allah SWT.

Mereka berdoa agar diwafatkan dalam keadaan berkakti supaya dapat mendiami surge bersama orang-orang yang berbakti.Mereka memohon ampunan agar tidak dihina dan dipermalukan di hari kiamat atas dosanya yang telah diperbuat sebelumnya. Allah tidak pernah dan tidak akan mengingkari janji, dalam arti meereka menyadari bahwa kalau permohonan mereka tidak diterima Allah, maka bukan karena Allah mengingkari janji, tetapi karena merekalah tidak memenuhi syarat perolehan janji itu.

Sumber:
  1. M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Jilid 2, (Jakarta: Lentera Hati, 2002).
  2. Mawardi Abdullah, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011).

Subscribe to receive free email updates: