Model Pembelajaran Numbered Head Together

Advertisement
Jejak Pendidikan- Berikut penjelasan tentang Model Pembelajaran Numbered Head Together

1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends dalam Trianto, 2010: 51). Sedangkan menurut Joyce & Weil 1971 (dalam Sumantri, dkk 2011: 42) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagi pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar.

2. Pengertian Model Pembelajaran Numbered Head Together
Teknik belajar mengajar Kepala Bernomor (Numbered Heads) dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992 (dalam Muslimin, 2000 : 25). Tehnik ini memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, tehnik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Tehnik ini bisa digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Number Head Together adalah suatu Modelpembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006 : 12). NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk 1992 (dalam Lie, 2008:35). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008:12).

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagan dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

3. Karakteristik Model Pembelajaran NHT
Karakteristik pembelajaran Number Head Together, yaitu :
  1. Penghargaan kelompok, penghargaan kelompok ini diperoleh jika kelompok mencapai skor diatas kriteria yang ditentukan.
  2. Pertanggung jawaban individu, pertanggungjawaban ini menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membentu dalam belajar.
  3. Kesempatan yang sama untuk berhasil, setiap siswa baik yang berprestasi rendah atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan yang terbaik bagi kelompoknya.


4. Tujuan Model Pembelajaran NHT
Model pembelajaran NHT dalam penerapannya mempunyai beberapa tujuan. Menurut Ibrahim (2000: 28) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
  1. Hasil belajar akademik stuktural: Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
  2. Pengakuan adanya keragaman: Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
  3. Pengembangan keterampilan sosial: Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.


Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
  • Pembentukan kelompok;
  • Diskusi masalah;
  • Tukar jawaban antar kelompok


5. Langkah-Langkah Model Pembelajaran NHT
Kagan (dalam Nurhadi 1999:66) langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together adalah:
  1. Penomoran (Numbering): guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 4 hingga 6 siswa dan member nomor sehingga tiap siswa dalam tim memiliki nomor berbeda,
  2. Pengajuan Pertanyaan (Quenstioning): guru mengajukan suatu pertanyaan kepada para siswa, 
  3. Berfikir Bersama (Head Together): para siswa berfikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut,
  4. Pemberian Jawaban (Answering): guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.


Purwanto (1999:56) mengemukakan bahwa langkah-langkah model pembelajaran Numbered Head Together adalah:
  1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor,
  2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya,
  3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya dan mengetahui jawabannya,
  4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka,
  5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain,
  6. Kesimpulan Menurut Ibrahim (2000: 29) langkah-langkah model pembelajaran Numbered Head Together adalah:


Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa.  Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut di atas, penulis mengacu pada pendapat Ibrahim dan penulis menyimpulkan langkah-langkah model pembelajaran NHT sebagai berikut:
  1. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa.
  2. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda.
  3. Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
  4. Guru bersama siswa menyimpulkan.


6. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran NHT
Menurut Ibrahim (2000:31) model pembelajaran NHT mempunyai kelebihan sebagai berikut:
  1. Menumbuhkembangkan kedisiplinan, minat, kerjasama, keaktifan dan tanggung jawab
  2. Setiap siswa menjadi siap semua.
  3. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
  4. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
  5. Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok.


Kelemahan metode Numbered Head Together sebagai berikut:
  1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
  2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
  3. Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah.
  4. Waktu yang dibutuhkan banyak.
  5. Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus.


Berdasarkan pendapat ahli di atas, penulis menyimpulkan model pembelajaran Numbered Head Together mempunyai kelebihan yaitu:

menumbuhkembangkan kedisiplinan, minat, kerjasama, keaktifan dan tanggung jawab. Sedangkan kelemahannya yaitu: Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru, siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah, pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus. Model pembelajaran Numbered Head Together mempunyai kelebihan 
(1) Menumbuhkembangkan kedisiplinan, minat, kerjasama, keaktifan dan tanggung jawab. (2) Terjadi tutor sebaya pada pelaksanaan diskusi dalam pembelajaran.

Subscribe to receive free email updates: