Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy

Advertisement
Jejak Pendidikan- Nilai-nilai pendidikan tauhid yang terkandung dalam kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy, menjadi tiga nilai utama, yaitu nilai-nilai perilaku seorang muslim dalam hubungannya kepada Allah SWT, diri sendiri dan sesama manusia.

Agar memudahkan para pembaca dalam memahami nilai-nilai pendidikan tauhid yang terkandung dalam kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy Berikut ini adalah nilai utama yang dimaksud beserta deskripsi ringkasnya:

1. Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Hubungannya Kepada Allah SWT

a. Nilai Rububiyah

“Tauhid rububiyah adalah bukti wajibnya tauhid uluhiyah. Karena manusia pertama kalinya sangat bergantung pada asal kejadiannya, sumber kemanfaatan dan kemadharatannya. Kemudian berpindah kepada cara-cara bertaqarrub kepadaNya.”

Keterangan diatas menunjukkan bahwa setiap muslim wajib memiliki tauhid secara rububiyah, karena itu adalah sebagai syarat

keabsahan dari tauhid uluhiyah sebagai syarat diterimanya suatu amal ibadah. Inti dari ajaran nilai rububiyah adalah sebagai berikut:
  • Rububiyah yaitu mengesakan Allah SWT dalam segala perbuatanNya dan meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk di seluruh alam semesta.
  • Meniadakan sekutu atau pembantu bagi Allah dalam kekuasaanNya (Qs. Luqman: 11).
  • Allah menciptakan semua makhlukNya diatas semua fitrah pengakuan terhadap rububiyahNya.

b. Nilai Uluhiyah
تَوْحِيْدُ الاِلهَِيَّةِ ي قَُالُ لَهُ تَوْحِيْدُ العِباَدَةِ, بِاِعْتِبَارِ اَنَّ العُبُدِيَّةَ وَصْفُ
العَبْدِ حَيْثُ اِنَّهُ يَجِبُ عَلَيْهِ اَنْ يعَْبُدَ اللَّهِ مُخْلِصًا فِي ذَلِكَ
Artinya: “Tauhid uluhiyah disebut juga sebagai tauhid ibadah, karena ubudiyah adalah sifat ‘abd (hamba) yang wajib menyembah Allah secara ikhlas, karena ketergantungan mereka kepadanya.”

Keterangan diatas menunjukkan bahwa dalam tauhid uluhiyah, seorang muslim wajib mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba berdasarkan niat taqarrub yang telah disyari’atkan oleh Allah. Karena tauhid uluhiyah juga disebut sebagai tauhid ibadah. Inti ajaran dari nilai uluhiyah adalah sebagai berikut:
  • Uluhiyah yaitu mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba berdasarkan niat taqarrub yang disyari’atkan seperti do’a, nadzar, kurban, raja’ (pengharapan), takut, tawakkal, raghbah (senang), rahbah (takut) dan inabah (kembali/taubat).
  • Setiap muslim yang mengakui Allah secara uluhiyah maka ia harus merealisasikannya dengan beribadah kepada Allah seperti melaksanakan shalat, puasa, zakat dan haji.
  • Tauhid uluhiyah merupakan inti dakwah para rasul, mulai rasul yang pertama hingga yang terakhir.
c. Nilai Asma’ wa Shifat
هَذِهِ الأَسمَْاءُ الكَرِيْمَةُ لَيْسَتْ مُجَرّدَ اَسمَْاءِ لاَ تَدُلُّ عَلَى مَعَانٍوَصِفَاتِ, بَلْ هِيَ اَسمَْاءٌ كَرِيْمَةٌ تَدُلُّ عَلَى مَعَانٍ جَليْلَةٍ وَصِفَاتٍعَظِيْمَةٍ Artinya: “Nama-nama yang mulia ini bukanlah sekedar nama kosong yang tidak mengandung makna dan sifat, justru ia adalah nama-nama yang menunjukkan makna yang mulia dan sifat yang agung.”

Keterangan diatas menunjukkan bahwa seorang muslim wajib beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya dan sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an dan sunnah rasulNya. Nama-nama ini memiliki makna yang mulia dan sifat Allah sangatlah berpengaruh baik bagi perilaku individu maupun perorangan dalam hubungannya kepada Allah. Inti ajaran dari nilai asma’ wa shifat adalah sebagai berikut:
  • Mengimani nama-nama Allah dan sifat-sifatNya.
  • Allah meniadakan sesuatu yang menyerupaiNya dan Dia menetapkan bahwa Dia adalah Maha Mendengar dan Maha Melihat.
  • Allah memiliki sifat-sifat yang terbagi menjadi dua bagian. Pertama adalah sifat dzatiyah dan bagian kedua adalah sifat fi’liyah.
  • Sifat dzatiyah seperti: al-‘ilmu, al-qudrah (kekuasaan), assam’i (mendengar), al-bashar (melihat), al-‘izzah (kemuliaan), al-hikmah, al-‘uluw (ketinggian), al- ‘adzomah (keagungan), al-wajhu (wajah). Kemudian sifat fi’liyah seperti: al-istiwa’ ‘alal ‘arsy (bersemayam diatas ‘Arsy), al-ityan dan al-maji’ (datang).

d. Nilai Taat Kepada Allah
فَهذِهِ المخَْلُوْقَاتُ صَامِتُهُ وَ نَاطِقَهَا وَحَيُّهَا وَمَيِّتتُهَا كُلُّهَا مُطِيْعَةُ لِللَّهِمُنْقَادَةُ لِأَمْرِهِ الكَوْنِيِّ Artinya: “Maka seluruh makhluk, baik yang berbicara maupun yang tidak, yang hidup maupun yang mati, semuanya tunduk kepada perintah kauniyah Allah.”

Keterangan diatas menunjukkan bahwa seluruh makhluk pada asalnya semuanya taat kepada Allah SWT secara ridha dan ikhlas. Taat kepada Allah. berarti patuh, tunduk dan setia kepada Allah. Inti ajaran nilai taat kepada Allah adalah sebagai berikut:
  • Mentaati dan konsisten terhadap syari’at Allah serta meninggalkan syari’at-syari’at lainnya.
  • Melaksanakan tugas sesuai dengan tugasnya masing-masing sebagai makhlukNya serta mematuhi peran yang diberikanNya.

e. Nilai Ihsan Kepada Allah
الاِحْسَا ن هُوَ يَجْمَعُ كَمَالُ الاِخْلَاصُ لِلَّهِ وَ بِاالحَسَنِ الَّذِي يُحِبُّهُ
Artinya: “Ihsan yaitu mengandung kesempurnaan ikhlas kepada Allah dan perbuatan baik yang dicintai oleh Allah.”
Keterangan diatas menunjukkan bahwa perbuatan ihsan kepada Allah adalah suatu daya dan upaya untuk senantiasa berbuat baik bahkan yang terbaik dalam mengabdi kepada Allah dengan segala cara dan upaya manusia itu sendiri. Inti ajaran dari nilai ihsan adalah senantiasa menyembah kepada Allah seolah-olah dia melihatNya. Jika dia tidak bisa melihatNya maka sesungguhnya Allah melihat dia.

2. Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Hubungannya Kepada Diri Sendiri

a. Nilai Aqidah Shahihah
      عَقِيْدَةُ الصَّحِيْحَةُ هِيَ الأَسَاسُ الَّذِيْ يقَُوْمُ عَلَيْهِ الدِّيْنُ وَ تَصِحُّ مَعَهُ
الأَعْمَالُ
Artinya: “Aqidah yang benar adalah fundamen bagi bangunan agama serta merupakan syarat sahnya amal.”
Keterangan diatas menjelaskan bahwa di dalam agama Islam, seorang muslim harus memiliki aqidah yang benar (aqidah shahihah) agar memiliki ikatan yang kuat kepada Allah serta terhindar dari penyimpangan-penyimpangan aqidah. Inti ajaran dari nilai aqidah shahihah adalah sebagai berikut:
  • Aqidah adalah taufiqiyah, artinya tidak bisa ditetapkan selain menggunakan dalil syar’i (Al-Qur’an dan As-Sunnah).
  • Penyimpangan dari aqidah yang benar adalah kehancuran bagi setiap muslim.
  • Sebab-sebab penyimpangan aqidah yaitu:

  1. Enggan mempelajari aqidah shahihah.
  2. Ta’ashshub (fanatik kepada sesuatu yang diwarisi dari nenek moyangnya sekalipun hal itu bathil.
  3. Taqlid buta dalam mengambil pendapat manusia dalam masalah aqidah tanpa mengetahui dalilnya dan tanpa diselidiki terlebih dahulu kebenarannya.
  4. Ghuluw (berlebihan) dalam mencintai para wali dan orang-orang shalih (Qs. Nuh: 23).
  5. Ghaflah (lalai) terhadap perenungan ayat-ayat Allah.
  6. Rumah tangga yang kosong dari pengarahan yang benar menurut Islam.
  7. Kurangnya media pendidikan dan media informasi yang menyampaikan nilai-nilai ajaran Islam.
  • Cara menanggulangi penyimpangan aqidah:

  1. Kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah SAW dalam mengambil aqidah shahihah.
  2. Memberi perhatian pada pengajaran aqidah shahihah, aqidah salaf di berbagai jenjang pendidikan.

b. Nilai Shahihul Ibadah
العِبَادَاتُ تتَوْففِقِيَّةٌ بِمَعْنَى اَنَّهُ لاَيُشْرَعُ شَيْءٌ مِنْهَا اِلاَّ بِدَلِيْلٍ مِنَ الكِتَابِ
وَالسُّنَّةِ
Artinya: “Ibadah adalah perkara taufiqiyah. Artinya tidak ada suatu bentuk ibadah pun yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.”
Keterangan diatas menjelaskan bahwa ibadah yang benar (shahihul ibadah) adalah taat pada Allah dengan melaksakan ibadah sesuai dengan manhaj Al-Qur’an dan As-Sunnah. Adapun inti ajaran dari nilai shahihul ibadah adalah sebagai berikut:
  • Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah SWT,baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang batin.
  • Istiqamah dalam beribadah dalam melaksanakan ibadah pada jalan tengah, tidak kurang atau lebih dan sesuai dengan petunjuk syari’at serta tidak melampaui batas.
  • Ibadah dilandasi oleh tiga pilar sentral, yaitu hubb(cinta), khauf (takut) dan raja’ (harapan).
  • Syarat diterimanya ibadah:

  1. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil.
  2. Sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.

c. Nilai Konsekuen Syahadatain
مُقْتَضَيُ الشَّهَادَتَيْنِ: هُوَ تَرْكُ عبَادَةِ مَاسِوَى اللَّهِ مِنْ جمَِيعِ الْمَعْبُودَاتِ وَ طَاعَةِ
الرَّسُولِ اللَّهِ, تَصْدِيْقُهُ وَتَرْكُ مَا نهََا
Artinya: “Konsekuensi syahadatain: Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala macam yang dipertuhankan dan mentaati Rasulullah, membenarkannya dan meninggalkan apa yang dilarangnya.”

Keterangan diatas menunjukkan bahwa seorang muslim harus selalu menjaga konsekuen kalimat syahadatain yang telah ia ikrarkan dari hal-hal yang dapat membatalkannya. Inti ajaran dari nilai konsekuen syahadatain adalah sebagai berikut:
  • Makna syahadat laa ilaaha illallah yaitu beri’tiqad dan berikrar bahwasanya tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah SWT.
  • Makna syahadat anna muhammadarrasulullah yaitu mengakui secara lahir batin bahwa beliau adalah hamba Allah dan RasulNya yang diutus kepada manusia secara keseluruhan serta mengamalkan konsekuensinya: mentaati perintahnya, membenarkan ucapannya dan menjauhi larangannya.
  • Pembatal syahadatain:

  1. Syirik dalam beribadah kepada Allah.
  2. Meyakini bahwa selain petunjuk Nabi SAW lebih sempurna dari petunjuk beliau atau hukum yang lain lebih baik dari hukum beliau.
  3. Menghina sesuatu dari ajaran Islam.
  4. Sihir.
  5. Mendukung kaum musyrikin dan menolong mereka dalam memusuhi umat Islam.
  6. Berpaling dari agama Allah.
d. Nilai Manhaj Salaf
كَانَ مَنْحَجُ السَّلَفِ الصَّالِحِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ فِي تَلَقِّي العَقِيْدَةِ مَقْصُوْرًا
عَلَى الكِتَابِ وَالسُّنَّةِ
Artinya: “Manhaj salafus shalih dan para pengikutnya dalam mengambil aqidah terbatas pada Al-Qur’an dan As- Sunnah.”

Keterangan diatas menunjukkan bahwa seorang muslim hendaknya senantiasa mengikuti jalan para ulama’ salafus shalih (para shahabat, tabi’in dan tabi’in) dalam memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah. Inti ajaran dari nilai manhaj salaf adalah sebagai berikut:
  • Mengimani, menyakini dan mengamalkan segala apa yang ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah.
  • Meneladani para shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in dengan cara mengikuti pemahaman mereka dalam memahami aqidah shahihah.
  • Berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan kesatuan kata, kebenaran aqidah dan kesatuan manhaj.


3. Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Hubungannya Kepada Sesama Manusia

a. Nilai Dakwah Tauhid
قِيَامِ دُعَاةِ مُصْلِحِيْنَ يُج دِّدُوْنَ لِلنَّاسِ عَقِيْدَةِ السّلَفِ وَيرَُدُّوْنَ ضَلَالاَتِ
المنُْحَرِفِيْنَ عَنْهَا
Artinya: “Menyebarkan para da’i (pendakwah) yang meluruskan aqidah umat Islam dengan mengajarkan aqidah salafus shalih serta menjawab dan menolak seluruh aqidah bathil.”

Keterangan diatas menunjukkan bahwa untuk memperkuat aqidah pada diri setiap muslim di suatu daerah terutama pada wilayah yang jarang dijadikan sebagai medan dakwah maka peran para da’i (pendakwah) adalah terjun untuk berdakwah meluruskan aqidah umat Islam dengan mengajarkan aqidah salaf serta menjawab dan menolak seluruh aqidah batil. Adapun inti ajaran dari nilai manhaj salaf ini adalah sebagai berikut:
  • Memberikan pengajaran terhadap aqidah shahihah.
  • Mencegah manusia dari perbuatan yang dapat merusak aqidah.

b. Ihsan Kepada Manusia
الاِحْسَانُ هُوَ اِنْعَامُ عَلَى الغَيْرِ وَ اِحْسَانُ فِيْ فِعْلِهِ وَ ذلِكَ بِاِتْقَانِهِ
وَاِتْمَامِهِ
Artinya: “Ihsan yaitu memberikan kebaikan kepada orang lain dan memperbaiki perbuatannya dengan menyempurnakan dan membaikkannya.”

Keterangan diatas menunjukkan bahwa seorang muslim yang mulia adalah senantiasa berbuat kebaikan terhadap sesama, yakni segala sesuatu yang menyenangkan dan terpuji dan selalu menginstropeksi dirinya setiap waktu. Adapun inti ajaran dari nilai ihsan kepada manusia adalah sebagai berikut:
  • Ihsan adalah berbuat suatu kebaikan kepada diri sendiri dan orang lain.
  • Allah mencintai hambanya yang berbuat ihsan (Qs. Al-Baqarah: 112).

c. Wala’ dan Bara’
وَ مَكَانَةُ الوَلاَءِ وَالبَرَاءِ فِي الاِسْلَامِ مَكَانَةٌ عَظِيْمَةٌ, وُجُوْبُ مُوَالاَةِ
المؤُْمِنِيْنَ وَمُعَادَةِ الكَافِرِيْنَ
Artinya: “Kedudukan wala’dan bara’ dalam Islam sangatlah mulia, wajib loyalitas kepada mukmin dan memusuhi orang-orang kafir.”

Keterangan diatas menunjukkan bahwa setiap muslim wajib menjaga kesatuan dan persatuannya terhadap orang-orang mukmin dan menjauhi orang-orang kafir dalam hal ajaran agama mereka. Adapun inti ajaran dari nilai wala’ dan bara’ adalah sebagai
berikut:
  • Wala’ artinya dekat. Yang dimaksud dengan wala’ disini adalah dekat kepada kaum muslimin dengan mencintai, membantu dan menolong mereka (Qs. Al-Mujadilah: 22).
  • Bara’ artinya memutus. Yang dimaksud dengan bara’ adalah memutus ikatan hati dengan orang-orang kafir sehingga tidak lagi mencintai, membantu dan menolong mereka (Qs. Al-Maidah: 51).
  • Kedudukan al-wala’ wal bara’ dalam Islam sangatlah tinggi, karena dialah tali iman yang paling kuat.


Rujukan:
Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-‘Aliy, (Mesir: Penerbit Darul Aqidah, 1993).

Subscribe to receive free email updates: