Strategi Pendidikan Seks

Advertisement
Jejak Pendidikan- Strategi dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dengan demikian, ada dua hal yang patut dicermati dari pengertian tersebut. 

Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. 

Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi.

Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kehidupan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara maksimal, dinamakan metode. Dengan kata lain, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, strategi berbeda dengan metode.

Strategi menunjukkan pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan kata lain, strategi adalah a plan of operation achieving something, sedangkan metode adalah a way in achieving something.

Ada istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan strategi maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.

Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Selain strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran, terdapat juga istilah lain yang kadang-kadang sulit dibedakan, yaitu teknik dan taktik mengajar. Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasi kan suatu metode. Misalnya, cara yang bagaimana yang harus dilakukan agar metode ceramah yang dilakukan berjalan efektif dan efisien?

Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan proses ceramah sebaiknya memerhatikan situasi dan kondisi. Sedangkan taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Dengan demikian, taktik sifatnya lebih individual. Misalnya, walaupun dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah dalam situasi dan kondisi yang sama, sudah pasti mereka akan melakukannya secara berbeda, misalnya dalam taktik menggunakan ilustrasi atau menggunakan gaya bahasa agar materi yang disampaikan mudah dipahami.

Dari uraian tersebut di atas dapat dipilah-pilah bahwa suatu strategi pembelajaran yang diterapkan pendidik akan tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran, pendidik dapat menentukan teknik pembelajaran yang dianggap relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara pendidik yang satu dengan yang lain.

Menurut Djamarah dan Zain, ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut:
  1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
  2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi danpandangan hidup masyarakat.
  3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
  4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau criteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Rowntree, sebagaimana dikutip Wina Sanjaya lebih konkret mendeskripsikan macam-macam strategi pembelajaran dengan mengelompokkan ke dalam strategi penyampaian-penemuan atau exposition-discovery learning, dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajran individual atau groups-individual learning. Pengelompokan strategi tersebut apabila dirinci menjadi: exposition learning (pembelajaran ekspositori), discovery learning (pembelajaran penemuan), groups learning (pembelajaran kelompok) dan individual learning (pembelajaran indivisual).

Dalam strategi pembelajaran ekspositori, bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Dengan demikian, dalam strategi ini guru berfungsi sebagai penyampai informasi. Strategi pembelajaran ekspositori ini dinamakan juga strategi pembelajaran langsung. Sedangkan dalam strategi pembelajaran discovery, bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas, sehingga tugas guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. Karena sifatnya yang demikian, strategi ini sering juga dinamakan strategi pembelajaran tidak langsung.

Strategi pembelajaran kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar oleh seorang guru atau beberapa orang guru. Bentuk belajar kelompok bisa dalam pembelajaran kelompok besar atau pembelajaran klasikal, atau bisa juga siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil semacam buzz group. Stategi pembelajaran kelompok tidak memerhatikan kecepatan individual.

Setiap individu dianggap sama. Oleh karena itu, belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa yang memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang mempunyai kemampuan biasa-biasa saja, sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan kurang akan merasa tergusur oleh siswa yang mempunyai kemampuan tinggi. Sedangkan strategi pembelajaran individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang bersangkutan.

Bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri. Contoh dari strategi pembelajaran ini adalah belajar melalui modul, atau belajar bahasa melalui kaset audio. Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, menurut Wina Sanjaya dapat dibedakan antara strategi pembelajaran deduktif dan strategi pembelajaran induktif. Strategi pembelajaran deduktif adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari kesimpulan dan ilustrasi-ilustrasi, atau bahan pelajaran yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang abstrak. Strategi ini disebut juga strategi pembelajaran dari umum ke khusus. Sebaliknya dengan strategi induktif, pada strategi ini bahan yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang konkret atau contoh-contoh yang kemudian secara perlahan siswa dihadapkan pada materi yang kompleks dan sukar. Strategi ini kerap dinamakan strategi pembelajaran dari khusus ke umum.

Pembelajaran pada dasarnya merupakan proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika berpikir informasi tentang kemampuan apa yang akan yang harus dimiliki oleh siswa, maka saat itu juga guru harus berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efisien. Hal ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya. Oleh karena itu, menurut Wina Sanjaya, sebelum menentukan strategi pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan.

1. Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
  1. Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek kognitif, afektif atau psikomotorik?
  2. Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau rendah?
  3. Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan ketrampilan akademis?

2. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
  1. Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum, atau teori tertentu?
  2. Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau tidak?
  3. Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu?
3. Pertimbangan dari sudut siswa:
  1. Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa?
  2. Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi siswa?
  3. Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar siswa?
4. Pertimbangan-pertimbangan lain:
  1. Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu stategi saja?
  2. Apakah strategi yang kita tetapkan dianggap satu-satunya strategi yang dapat digunakan?
  3. Apakah strategi itu memiliki nilai efektivitas dan efisiensi?

Subscribe to receive free email updates: