SYARAT-SYARAT SEORANG PERAWI

Advertisement
JEJAK PENDIDIKAN-Syarat-Syarat Seorang Perawi
http://fahrizal91.blogspot.comRaawi menurut bahasa berasal dari kata riwaayah yang merupakan   bentuk mashdar dari kata kerja rawaa-yarwii,yang berarti”memindahkan atau meriwayatkan”. Bentuk plural dari kata raawii adalah ruwaat. Jadi raawii adalah orang yang meriwayatkan atau menuliskan dalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengarnya dan diterimanya dari seseorang.
Seorang perawi mempunyai peran yang sangat penting dan sudah barang tentu menurut pertanggungjawaban yang cukup berat, sebab sah atau tidaknya suatu hadist juga tergantung padanya. Mengenai hal-halyang seperti itu, jumhur ahli Hadits, ahli ushul dan fiqih menetapkan beberapa syarat bagi periwayatan hadits, yaitu sebagai berikut:
1.                  Islam
Pada waktu periwayatan hadits, maka seorang perawi harus muslim, dan menurut Ijma, periwayat seseorang yang kafir tidak dapat diterima. Seandainya seorang fasik pun kita disuruh tawaquf, maka lebih-lebih orang kafir. Allah berfirman:
 Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Q.S. AL-Hujarat (49) :6)
2.                  Baligh
Yang dimaksud Baligh adalah perawinya cukup usia ketika ia meriwayatkan hadis, walau pun menerimanya sebelum baligh. Rasulullah bersabda:
رفع القلم عن ثلاثة عن المجنون المغلوب على عقله حتى يفيق النإم حتى يستيقظ وعن الصبي حتى يحتلم (رواه ابو داود)[1]
“Hilang kewajiban menjalankan syari’at islam dari tiga golongan, yaitu orang gila sampai dia sembuh, orang tidur sampai bangun dan anak-anak sampai ia mimpi”.(HR. Abu Daud dan Nasa’i)
3.                  Adil
Yang dimaksud adil adalah suatu sifat yang meletak pada jiwa seseorang yang menyebabakan orang yang mempunyai sifat tersebut, tetap bertaqwa, menjaga kepribadian dan percaya kepada diri sendiri.
4.                  Dhabit
يتقظ الراوى حين تحمله وفهمه لما سمعه وحفظه لذالك من وقت
التحمل الى وقت الاداء
Teringat kembali perawi saat penerimaan dan pemahaman suatu hadits yang iya dengar dan hafal sejak waktu menerima hingga menyampaikannya.
Jalannya mengetahuin kedhabitan perawi dengan jalan I’tibar terhadap berita-beritanya dengan berita-berita yang tsiqat dan memberikan keyakinan. Ada juga yang mengatakan, bahwa disamping syarat-syarat yang disebutkan di atas, antara satu perawi dengan perawi lain harus bersambung, hadits yang disampaikan itu tidak syadz, tidak ganjil dan tidak bertentangan dengan hadits-hadits yang lebih kuat ayat-ayat Al-Quran.


Subscribe to receive free email updates: