Hati Dalam Pandangan Tasawwuf

Advertisement
JeJak PendidikanHati bagaikan cermin untuk seseorang, bila seseorang memiliki hati yang mulia maka dapat dilihat dari tingkah laku seseorang yang mulia. Begitu juga sebaliknya. Hati ibarat bagaikan raja yang mengontrol dan menyuruh segalanya kepada pasukan (anggota tuuh). Juga dalam menyemai ilmu pengetahuan dalam hati kita harus memilih seperti guru, teman, dan ilmu yang akan kita pelajari.

Rumusan Masalah

  1. Apa itu hati menurut pandangan tasawuf ?
  2. Bagaimana cara menyemai (menggarap) ilmu pengetahuan ?

Manfaat Penulisan

  1. Menjelaskan pengertian hati menurut pandangan tasawuf.
  2. Menjelaskan cara menanamkan ilmu pengetahuan dalam hati.

Pembahasan
A. Pengertian Qalbu
Qalbu (قلب ) berasal dari bahasa Arab, yang artinya hati, hati terletak di dalam tubuh manusia yang bila dilihat secara lahiriah sangat berperan penting dalam kehidupan, bahkan bila dilihat dari segi ilmu Biologi hati juga menjadi penawar racun bagi tubuh seseorang.

Bila dilihat dengan kaca mata pendidikan tasawuf, maka hati akan membentuk perilaku seseorang, karena Rasulullah pernah berpesan kepada sahabatnya didalam tubuh kita ada qalbu harus lebih diutamakan, karena rusaknya qalbu lebih berbahaya daripada rusaknya anggota badan. Rusaknya qalbu akan dirasakan akibatnya oleh si pemiliknya, baik ketika di dunia apalagi saat di akhirat nanti.

 Akan tetapi rusaknya anggota badan hanya dirasakan saat di dunia dan akan berakhir dengan datangnya kematian. Begitu pula baik dan tidaknya amalan anggota badan, sangat dipengaruhi oleh keadaan qalbu seseorang. Hal ini sebagaimana Nabi kita Muhammad S.A.W bersabda:
أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
Artinya: “Ketahuilah bahwasanya pada setiap tubuh seseorang ada segumpal daging. Jika dia baik, akan baiklah seluruh anggota tubuhnya. Namun apabila dia rusak maka akan rusak pula seluruh anggota tubuhnya. Ketahuilah bahwasanya segumpal daging tadi adalah qalbu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).[1]

Pada hadits tersebut kita memahami bahwa perbuatan anggota badan dipengaruhi oleh keadaan qalbu seseorang. Apabila qalbunya dipenuhi dengan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, maka anggota badannya juga akan dipergunakan untuk menaati segala ajaran Allah dan Rasul-Nya. Sebaliknya, apabila qalbunya dipenuhi oleh cinta kepada syahwat dan mengikuti hawa nafsu, anggota badannya pun akan tunduk mengikuti keinginan syahwat dan hawa nafsunya.

Ketika jiwa seseorang telah mampu melepaskan diri dari belenggu hawa nafsu, bayang-bayangnya masih saja menghantuinya. Jadi jika mereka sanggup menghindarinya maka semua tabir penghalang itu akan musnah, baik tabir yang tipis maupun yang tebal. Sehingga ia tergolong kedalam golongan orang-orang yang kasyaf yang dibukakan bagi mereka hijab.[2]

kedudukan qalbu terhadap anggota badan lainnya adalah ibarat seorang raja terhadap para bawahannya yang harus selalu mengerjakan perintah atasan sesuai dengan yang di suruh. Apabila hati sering di bina maka hati tersebut akan menjadi hati yang taat kepada Allah, namun bila hati tidak pernah di bina maka hati akan keras seperti batu bahkan lebih keras dari batu, hati yang lebih keras dari batu itulah hati yang jauh dengan anjuran Allah dan Rasulnya.[3]

B. Menyemai Ilmu Pengetahuan
Dalam mempelajari sebuah ilmu pengetahuan yang di amali serta dimasukkan kedalam hati juga untuk di trensfer kepada orang lain akan terlihat dari kebutuhan seseorang, namun didalam ilmu tasawuf para ulama menggunakan sistem tarekat sebagaimana yang dirintis oleh ulama tasawuf pendahuluannya.

Sistem tersebut berupa pengajaran seorang guru kepada muridnyayang bersifat teoritis sebagai bimbingan langsung mengenai cara pelaksanaannya, yang diberinama dengan “suluk” didalam ajaran tasawuf. Dalam  ilmu Tasawuf ulama-ulama membagi ilmu kedalam empat bagian yaitu:

  1. Ilmu syariah
  2. Ilmu thariqah
  3. ilmu haqiqah
  4. Ilmu ma’rifah[4]

Seseorang yang telah menjalani thariqah, yang seimbang dengan syariah lahir dan batin untuk menuju kepada tuuan tertentu dalam tasawuf. Insya Allah tercapailah kondisi mental yang menciptakan manusia yangsempurna “insan kamil” yang selalu dakae dangan Allah yang disebut dengan “Waliyulla” yaitu orang yang selalu mendapatkan limpahan karunia Ilahi sehingga sanggup melakukan perbuatan yang luarbiasa yang disebut dengan karamah.[5]

Menyemai ilmu Akhlak dalam tasawuf juga sangat di anjurkan sebab, apabila seseorang sudah memiliki akhlak yang mulia maka pastilah seperti ilmu yang telah kami sebutkan di atas tadi sudah ada didalam hati seseorang, karena setiap orang akan dikatakan baik bila akhlak dan kelakuannya baik. Dalam ilmu tasawuf membagi akhlak manusia kedalam beberapa bagian yaitu:

  1. Akhlak terhadap Allah
  2. Akhlak terhadap manusia
  3. Akhlak terhadap lingkungan.[6]

Az-Zarnuji juga menjelaskan dalam kitab Ta’limul Muta’allim penuntut ilmu hendaklah yang memilih ilmu terbagus dari setiap ilmu, yang ilmu tersebut sangat diperlukan saat sekarang kemudian yang diperlukan diwaktu nanti, juga dalam garapan ilmu pengetahuan agar ilmu seseorang mantap, Az-zarnuji juga menganjurkan kepada kita untuk memilih guru dan teman yang tekun.[7]

Rasulullah menganjurkan bagi yang menuntut ilmu agar memiliki hati yang ikhlas:
االناس كلهم موتى الأالعالمون, والعالمون كلهم موتا الأ العاملون, و العاملون كلهم موتى الأ المخلصونظ,   
Artinya:"Manusia seluruhnya mati kecuali orang-orang alim, orang-orang alim seluruhnya mati kecuali orang yang mengamalkannya, dan orang-orang yang beramal seluruhnya mati kecuali orang-orang ikhlas.[8]

Penutup
Kesimpulan
 perbuatan anggota badan dipengaruhi oleh keadaan qalbu seseorang. Apabila qalbunya dipenuhi dengan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, maka anggota badannya juga akan dipergunakan untuk menaati segala ajaran Allah dan Rasul-Nya. Sebaliknya, apabila qalbunya dipenuhi oleh cinta kepada syahwat dan mengikuti hawa nafsu, anggota badannya pun akan tunduk mengikuti keinginan syahwat dan hawa nafsunya.

Dalam  ilmu Tasawuf ulama-ulama membagi ilmu kedalam empat bagian yaitu:
Ilmu syariah
Ilmu thariqah
Ilmu haqiqah
Ilmu ma’rifah

Saran
Dalam menulis makalah ini pemakalah sangatlah dangkal pengetahuannya, apalagi masalah penggarapan ilmu pendidikan merupakan hal yang paling penting yang harus diketahui oleh seluruh manusia, dan selalu dilakukan oleh setiap manusia. Serta ruang lingkup yang sangat luas.


Daftar Pustaka
Basyir, Damanhuri. 2005. Ilmu Tasawuf. Banda Aceh: Yayasan Pena Banda Aceh
Mustofa. 1995. Neraca Beramal. Jakarta: Rineka Cipta.
Az-Zarnuji. 1978. Ta’limul Muta’allimi. Kudus: Menara Kudus.
Al-Asqalani, Hajar, Ibnu. 2010. Jakarta:akbar Media.
Www.Majalah Asysyariah.com


[1] Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughu Maram, (Jakatra: Akbar Media), hal. 398.
[2] Www.Majalah Asysyariah.com (Di akses 10 oktober 2012). 
[3] Ibid.
[4] Damanhuri Basyir, Ilmu Tasawuf, (Banda Aceh: Yayasan Pena Banda Aceh), Hal. 30.
[5] Ibid.
[6] Ibid , . Hal. 156.
[7]Az-Zarnuji, Ta’limul Muta’allimi, (Kudus: Menara Kudus), Hal. 3
[8] Mustofa, Neraca Beramal, (Jakarta: Rineka Cipta), hal. 104.  

Subscribe to receive free email updates: